Konten [Tampil]
Hi Moms!
Hari yang fitri baru saja berlalu, tapi suasana syahdunya masih terasa hingga sekarang kan? Bukan karena belum bisa move on, tapi rasanya Mom Queen tak ingin momen ini segera berlalu. Aroma ketupat, gulai, senda gurau, rasanya hal yang paling dirindukan selama lebaran.
Wajar bila banyak orang, saya yakin kamu juga yang membaca tulisan ini, rela menghabiskan jutaan rupiah agar bisa kumpul keluarga besar di hari raya. Bahkan ada yang mengatakan bila,
"Penghasilan setahun rela dihabiskan untuk lebaran sehari."
Ini pendapat lama yang sudah saya dengar sejak kecil. Makanya saya juga percaya bahwa kata lebaran juga berarti 'lebar' atau habis haha. Gimana nggak habis? Momen setahun sekali ini begitu berharga untuk sekadar dinilai dari gaji. Jadi Berapapun penghasilan yang didapat, sepertinya tak sebanding dengan momen berharga ketika kumpul keluarga.
Saya jadi teringat 8 tahun lalu ketika nekad mudik ke Palembang via Jakarta, padahal dalam kondisi hamil muda dengan morning sickness parah. Meski tiket pesawat Batam-Palembang sudah habis, tapi tetap memaksa pulang kampung via ibu kota agar bisa merasakan suasana lebaran di rumah orang tua.
Begitu berharganya momen idul fitri, sehingga banyak orang rela menyerahkan semua energi dan materi agar bisa berkumpul dengan sanak famili setahun sekali.
Tema tulisan ini seharusnya adalah tradisi lebaran keluarga, tapi karena keluarga kecil kami merupakan keluarga hasil perkawinan campur serta tinggal nun jauh di perantauan, ditambah pula kami juga tidak mengikuti tradisi manapun. Kami lebih mengikuti kebiasaan umum saja, terutama tradisi lebaran di tempat tinggal kami di Batam, Kepulauan Riau.
Karena sejak menikah dan memiliki anak, saya sudah menetap dan menjadi warga Batam, Kepulauan Riau (Kepri), jadi saya lebih banyak menghabiskan waktu lebaran disini. Sebuah provinsi ke-32 di Indonesia sejak 24 September 2002. Sesuai namanya, Kepulauan Riau terdiri atas gugusan pulau-pulau. Nyaris semua wilayah Kepri adalah kepulauan.
Pulau yang terbesar di Kepri adalah Pulau Batam, Pulau Bintan, Pulau Karimun, Natuna, dan pulau-pulau kecil lain tentunya. Kepri memiliki ibukota provinsi bernama Tanjungpinang. Di Tanjungpinang inilah letak kampung halaman orang tua suami. Jarak Batam-Tanjungpinang hanya 60 menit dengan kapal feri antar pulau. Otomatis setiap tahun, mudik lebaran selalu pulang kampung ke rumah mertua.
Masyarakat Kepri merupakan suku Melayu. Bahasa sehari-hari penduduk asli pun sangat kental dengan bahasa Melayu. Bahasanya tak jauh beda dengan bahasa Upin-Ipin hehe..
Berbeda dengan Pulau Batam yang penduduknya mayoritas perantau, bahasa sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia, sedangkan masyarakat Tanjungpinang masih menggunakan bahasa Melayu lengkap dengan budayanya yang kental. Jadi jangan minta saya berbahasa Melayu ya, meski sudah puluhan tahun disini, sudah pasti saya tidak bisa berbahasa Melayu haha…
Nah, berhubung setiap tahun selalu berlebaran di kampung halaman suami, sedikit banyak saya jadi mengetahui beberapa tradisi lebaran yang berlaku bagi masyarakat Kepulauan Riau khususnya di Tanjungpinang.
Namun untuk tulisan ini, saya akan menyoroti tradisi lebaran masyarakat Melayu Kepri pada umumnya, sesuai pengalaman saya selama menjadi warga Batam ya, baik dari segi adat istiadat, makanan, hingga kebiasaan-kebiasaannya pada saat hari raya. Jika nanti ada tambahan informasi sesuai kebiasaan kamu sebagai warga Melayu Kepri, feel free untuk memberi insight juga ya. Selamat membaca :)
Tradisi Jelang Lebaran Masyarakat Kepri
1. Menganyam dan masak ketupat
Masyarakat Kepri pada umumnya terbiasa menganyam ketupat sendiri. Hal ini sudah dilakukan turun temurun. Meskipun ketupat jadi, sudah banyak yang dijual di pasar, tapi momen menganyam ketupat memiliki kepuasan tersendiri.
Dalam hal memasak, dulunya masyarakat Kepri memasak ketupat menggunakan kayu bakar yang berasal dari pohon bakau. Tungku yang digunakan pun berasal dari tungku yang dibuat dari tanah, atau tungku besi.
Masyarakat Kepri memilih menggunakan kayu bakar, karena lamanya masak ketupat 4 hingga 5 jam. Jadi wajar saja jika mereka lebih memilih memasak menggunakan kayu bakar dibanding kompor atau gas.
Sering perkembangan zaman, sebagian masyarakat ada yang beralih menggunakan kompor minyak maupun gas. Biasanya jumlah ketupat yang dimasak tergantung jumlah anggota keluarga ada, misal anggota keluarga ada 10 orang, maka minimal masak ketupatnya 20 buah. Banyak juga kan :)
2. Kemas rumah
Salah satu tradisi lebaran lainnya yang ada di Tanjungpinang adalah tradisi bebersih rumah atau dalam bahasa Melayu disebut bekemas rumah. Saya juga yakin kebiasaan ini menjadi tradisi yang banyak dilakukan masyarakat di Indonesia. Bebersih rumah sebagai tanda kesiapan menyambut hari yang fitri.
Menurut salah satu penduduk asli Kepri dari Tanjungpinang, Indra dalam saluran streamingnya 'Indra Anak Mrlayu' mengatakan bahwa,
"Kami masyarakat Melayu biasa kemas (beberes) rumah jelang lebaran, mengganti langsi (gorden), dan lainnya, agar suasana lebaran itu tampak berbeda dari hari-hari biasanya."
Kaum laki-laki yang bertugas berkemas rumah, sedangkan kaum perempuan bertugas mengurusi bagian masak. Jadi setiap gender memiliki perannya masing-masing. Keren ya!
3. Memasang lampu cangkok di depan rumah
Sesuai tradisi masyarakat Melayu Kepri, jelang lebaran masyarakat memasang lampu minyak di depan rumah. Masyarakat Kepri biasanya menyebutnya lampu cangkok untuk menambah semarak hadirnya bulan Syawal. Jadi ketika malam lebaran tiba, semua wilayah perkampungan masyarakat Melayu Kepri akan semarak dengan adanya lampu cangkok ini.
Namun, karena saat ini listrik sudah menjangkau hingga ke pulau-pulau terpencil, lampu cangkok semakin ditinggalkan. Namun demi melestarikan tradisi ini, pemerintah Kepri melalui menteri pariwisata dan ekonomi kreatif tetap mengadakan festival lampu cangkok setiap Ramadhan.
Saat ini, jelang lebaran rumah-rumah penduduk sudah diterangi dengan lampu hias yang terang benderang. Bahkan ada yang sengaja menambahkan dekorasi lampu-lampu taman di rumah-rumah mereka.
4. Takbir keliling
Takbir keliling juga merupakan tradisi jelang lebaran di Kepulauan Riau lho. Seperti halnya daerah lain di Indonesia, setiap kota dan Kabupaten di Kepri juga mengadakan tradisi takbir keliling di malam idul fitri.
Bahkan, kalau di Batam dan Tanjungpinang takbir keliling dijadikan sebagai salah satu agenda wajib tahunan. Jadi setiap Kecamatan yang ada di Batam atau Tanjungpinang mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti acara takbir keliling ini.
Melihat banyaknya kendaraan yang seliweran mengumandangkan asma Allah lengkap dengan tabuhan beduk, menjadi hiburan tersendiri bagi warga Batam dan Tanjungpinang.
Busana Lebaran di Kepulauan Riau
Kepri adalah daerah yang sangat menjunjung tinggi adat istiadat, termasuk busana daerah. Bahkan hingga saat hari lebaran, budaya Melayu tetap melekat dalam keseharian.
Ketika menyaksikan lebaran di Tanjungpinang, saya menyaksikan masyarakat Tanjungpinang banyak yang menggunakan baju adat Melayu. Kaum wanita memakai baju kurung khas Kepri yang disebut dengan Kebaya Labuh, sedang kaum pria menggunakan baju adat Melayu yang disebut Teluk Belanga.
Kebaya Labuh adalah pakaian berbentuk kebaya hingga menutupi lutut. Kebaya Labuh pada umumnya dipadukan dengan kain batik. Kain batik yang terkenal dari Kepri adalah batik gonggong, sebuah hewan siput laut.
Sedangkan Teluk Belanga merupakan pakaian adat Kepri yang dipadukan dengan celana panjang dan sarung atau sampin yang dipakai hingga sebatas lutut. Kain sampin yang dipakai merupakan bentuk kesopanan dalam berpakaian dalam kebiasaan adat Melayu.
Baju Melayu Teluk Belanga sudah ada sejak 700 tahun lalu, yaitu sejak Sultan Melaka kedua yaitu Sultan Muhammad Syah.
Sebagai aksesoris, pria akan menggunakan peci atau tanjak pada bagian kepala, sedangkan wanita menggunakan selendang sebagai aksesoris. Saya juga baru mengetahui bahwa cara memakai sampin pada Teluk Belanga dapat menyimbolkan status perkawinan seseorang lho.
Mengutip dari YouTube Majalah Bobo tentang ‘Pakaian Adat Kepulauan Riau' jika lelaki memakai kain sampin di atas lutut pertanda masih bujangan, sedangkan bagi pria yang sudah menikah, sampin dipakai melebihi batas lutut.
Wah jadi nggak perlu repot bertanya ‘sudah menikah atau belum?’ ya, kamu cukup melihat caranya menggunakan kain sampin pada baju Teluk Belanga saja hehe.
Menu Wajib Masyarakat Kepulauan Riau Ketika Lebaran
1. Ketupat
Ketupat tentu saja menjadi menu wajib ketika lebaran di Indonesia, termasuk juga Kepri. Beras yang dimasak dengan menggunakan daun kelapa muda yang dianyam ini menjadi menu pembuka di pagi lebaran. Aromanya sudah pasti bikin suasana lebaran semakin lengkap.
2. Gulai ayam dan sayur nangka
Percaya nggak jika jelang lebaran, harga nangka muda melejit tajam di Kepri (Ini hasil pengalaman pribadi hehe). Jika biasanya ketupat dimakan dengan opor ayam, sedikit berbeda dengan menu lebaran bagi masyarakat Melayu Kepulauan Riau. Ketupat idul fitri disajikan dengan gulai sayur nangka dan ayam. Jadi, bukan murni opor ayam ya, tetapi ada campuran gulai sayur nangka muda di dalamnya.
Bagaimana dengan rendang? Rendang bukan menu wajib di Kepri, jadi kalau lebaran tidak ada rendang pun nggak masalah sih, yang penting ada gulai nangka dan ayam sebagai menu wajib pendamping ketupat.
3. Air kaleng
Kalau biasa di kampung halaman saya di Palembang, tamu lebaran biasa disuguhkan teh hangat atau kopi, berbeda cerita ketika sudah merantau ke Batam. Tak perlu repot membuat minuman hangat, karena minuman wajib saat lebaran adalah air kaleng haha..
To be honest, awalnya saya juga menyuguhkan minuman hangat pada para tetamu yang datang, namun ternyata mertua saya bilang, cukup air mineral atau minuman kaleng saja. Tuan rumah hanya perlu menyiapkan gelas kaca jikalau tamu ingin menggunakannya.
Ternyata memang semua rumah yang kami datangi baik di Batam maupun Tanjungpinang, minuman lebaran adalah air kaleng. Seperti sudah kebiasaan, entah siapa yang memulainya, namun ini sudah jadi tradisi disini.
Jenis minuman seperti soya, bunga krisan, hingga air cincau dari berbagai merek menghiasi meja tamu. Cukup simpel kan? Ini paling cocok untuk ibu-ibu Blogspedia yang mendambakan hidup serba instan haha..
"Mumpung Masih Suasana Lebaran, Maaf Lahir Bathin ya..."
Nah, Mom Queen sudah bercerita tentang tradisi lebaran di Kepri, bagaimana dengan tradisi lebaran di daerah kamu? Ceritain juga dong, agar kita bisa saling tahu kebiasaan lebaran di daerah masing-masing.
Oh ya, masih belum terlambat mengucap maaf kan? Minal Aidin walfaidzin buat semua pembaca blog Maminca Sharing ya, mohon maaf lahir dan batin. Taqabbalallahu minna wa minkum shiyamana wa shiyamakum. Sampai jumpa di tulisan berikutnya ya:)
Salam,
Mom Queen
Referensi:
https://kepriprov.go.id/laman/tentang-kepri
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kebaya_Labuh_dan_Teluk_Balangga
https://www.rri.co.id/features/307530/yuk-intip-tata-cara-memakai-baju-kurung-tradisional-kepri
YouTube Majalah Bobo 'Pakaian Adat Kepulauan Riau' https://youtu.be/oMdwAGVxYEY
Post a Comment
Post a Comment