Konten [Tampil]
Wanita paruh baya itu melangkahkan kaki dengan pasti. Tumiah namanya. Di pundaknya terdapat sekeranjang pelepah lidah buaya yang baru saja dipanen. Senyum sumringah merekah di bibir Tumiah. Lidah buaya atau Aloe vera merupakan hasil tanamannya di pekarangan rumah. Berbekal bibit Aloe vera yang didapatnya beberapa waktu silam, kini Tumiah berhasil memanen lidah buaya dari kebun sendiri.Beratnya sekeranjang lidah buaya tak membuatnya lelah, karena hari itu ia akan menjual hasil kebunnya ke rumah produksi Aloe vera, artinya Tumiah akan menerima rupiah dari hasilnya menanam lidah buayaSampai di tempat tujuan, dirinya disambut si empunya usaha, Alan Efendhi, pemilik PT Mount Vera Sejati rumah produksi minuman kesehatan berbahan lidah buaya 'Rasane Vera'. Melalui perusahaanya, Alan memberdayakan warga sekitar untuk menjadi mitra usahanya sebagai anggota Kelompok Wanita Tani (KWT). Tumiah adalah salah satu dari 25 KWT yang dibekali bibit gratis di bawah binaan perusahaannya.Selesai ditimbang, Tumiah menerima pendapatan yang lumayan. Penghasilan ini cukup baginya sebagai penopang ekonomi keluarga. Pada musim kemarau panjang, sawah kekeringan, sang suami tak bisa menanam padi. Para petani biasanya beralih menanam palawija. Tetapi, harga jual palawija tak seberapa, dibanding dengan usaha dan tenaganya.Berbeda dengan lidah buaya yang perawatannya sangat mudah dan dapat ditanam di pekarangan rumah saja. Harga jualnya pun cukup tinggi, mampu menggantikan penghasilan yang hilang saat kemarau panjang."Saya mau berterima kasih kepada Mas Alan, dengan adanya budidaya lidah buaya, sangat membantu kami sebagai ibu rumah tangga memiliki penghasilan tambahan." Ucapnya dengan nada haru.
Aloe Vera, Harapan Usaha Memajukan Desa di Gunung Kidul
Alan Effendi adalah pemuda asal Dusun Jeruk Legi, Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Setamat sekolah kejuruan tahun 2006, Alan merantau ke Jakarta. Selesai merantau tahun 2014, Alan memutuskan pulang ke kampung halaman dan berniat memiliki usaha. Namun tak tahu harus usaha apa?
Alan melihat potensi usaha yang ada di kampungnya adalah pertanian. Namun sayangnya, Alan yang tidak memiliki pengalaman maupun pendidikan di bidang pertanian. Dirinya hanyalah pemuda lulusan SMK jurusan otomotif. Tidak nyambung sama sekali. Meski demikian, tidak memiliki basic pendidikan pertanian bukan alasan bagi Alan untuk menyerah.
Dirinya mencari referensi dari berbagai buku dan literatur untuk pertanian di daerahnya. Secara geografis, wilayah Gunung kidul merupakan daerah tropis. Melihat kondisi geografis daerah asalnya seperti ini, dibenaknya terdapat beberapa pilihan jenis tanaman.
"Gunung Kidul itu terkenal memiliki daerah yang kering, sebagai wilayah tadah hujan, dan sangat panas. Pilihan saya waktu itu adalah buah anggur, buah naga, pepaya California, dan Aloe vera.”
Perjalanan Membangun Usaha Budidaya Aloe Vera yang Tak Mudah
Dari sekian banyak komoditas yang dibidiknya, dirinya jatuh cinta pada Aloe vera atau biasa dikenal dengan nama lidah buaya. Lidah buaya bermanfaat untuk kesehatan, kosmetik, serta bahan pupuk cair (POC). Lidah buaya juga gampang dalam hal perawatan. Kelebihan yang utama tentu saja karena lidah buaya memiliki nilai ekonomis. Dari kelebihan-kelebihan ini, dirinya mantap memilih Aloe vera.
Bermodal uang sebesar Rp 2,5 juta, Alan Efendi mantap membangun usaha pertanian budidaya Aloe vera. Uang ini ia gunakan untuk mendatangkan bibit dari Jawa Timur. Karena semua dimulai dengan cara otodidak, tidak tahu ilmu, pasang surut usaha pun terjadi.
Mulai dari gagal panen, penjualan belum jelas, semua masih terasa gelap dalam perjalanan Alan memulai usaha. Apalagi, keluarga juga tidak mendukung rencananya. Usahanya dianggap tidak memiliki masa depan.
Memang saat itu budidaya Aloe vera belum mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Namun, Alan lagi-lagi tak pernah menyerah, dirinya terus fokus pada bisnisnya. Karena Alan percaya, khasiat yang terkandung pada Aloe vera sangat banyak, terutama untuk kesehatan.
Nutrisi Aloe Vera, Mulai dari Tinggi Serat Hingga Mampu Cegah Kanker
Jenis Aloe vera yang dibudidayakan oleh pemuda kelahiran 1988 ini adalah jenis Aloe Chinensis Baker dan Aloe Barbadensis Miller. Jenis Barbadensis Miller serta Chinensis Baker banyak dikembangkan di Indonesia sebagai bahan pangan dan kosmetik.
Chinensis Baker memiliki ciri warna bunga berwarna orange, pelepah hijau muda yang lebih besar dari jenis lainnya, pelepah bagian atas agak cekung dan memiliki totol putih ketika muda. Sedangkan jenis Aloe Barbadensis Miller memiliki bunga yang berwarna kuning.
Aloe vera termasuk jenis tanaman yang mudah dibudidayakan. Jenis Chinensis baker bisa ditanam di lahan berpasir, pot, maupun polybag dengan tambahan pupuk kompos. Aloe vera tidak membutuhkan banyak air. Untuk tanaman yang dikelola Alan Effendi hanya disiram 3 hari sekali saja.
Pemberian air yang berlebihan dapat membuat akar Aloe vera membusuk, media tanam pasir dapat membantu mengatur sirkulasi air yang baik sehingga cocok untuk lidah buaya.
"Ciri-ciri Aloe vera yang siap dipanen, bisa dilihat dari usianya yaitu 12-15 bulan sejak dari bibit. Sedangkan dari bentuk fisik, bintik-bintik putih pada bagian sisi pelepah lidah buaya sudah menghilang." Ujar Alan menjelaskan.
Kandungan nutrisi pada pelepah lidah buaya mengandung vitamin A, B1, B2, B3, B12, C, E, Choline, Inositol, serta Folic Acid, mengandung mineral seperti calcium, magnesium, dan potassium. Lidah buaya juga mengandung enzim serta asam amino.
"Setelah kita riset lebih dalam ditemukan beberapa senyawa yang bersifat fungsional, salah satunya ada Aloe emodin, Hydroxy emodin yang memiliki sifat sebagai antioksidan. Di beberapa riset, Aloe emodin memiliki fungsi sebagai anti bakteri, anti kanker dan anti inflamasi. Bahkan pada studi literatur, Aloe emodin bisa mencegah Alzheimer. Namun perlu dibuktikan lebih lanjut" terang Ema Damayanti, peneliti Mikrobiologi Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Menurut hasil penelitian BRIN, Aloe vera mengandung prebiotik seperti esmanan dan fruktan yang bisa memicu pertumbuhan bakteri baik didalam pencernaan manusia.
Berangkat dari penelitian inilah, Alan memantapkan hati mengembangkan produk makanan dan minuman berbahan dasar Aloe vera. Tahun 2018, Alan mengeluarkan produk makanan dan minuman kesehatan dengan merek 'Rasane Vera'.
Pembuatan minuman kesehatan Rasane Vera sangat mudah. Setelah dikupas, daging Aloe vera dipotong-potong sebesar dadu. Untuk menghilangkan lendirnya, daging Aloe vera harus dibilas berkali-kali. Kemudian direndam dengan asam nitrat supaya tahan lama dan direbus dengan air mendidih. Daging Aloe vera ini siap dikemas sebagai olahan minuman Aloe vera dalam berbagai varian.
"Untuk merek Rasane Vera fokusnya pada minuman Aloe vera yaitu ada Nata de Aloe vera yang tersedia dalam kemasan cup dengan gula batu, Aloe cube drink yang tersedia 8 varian rasa, ada lagi Aloe pure slice yaitu murni daging lidah buaya, rasanya plain bisa dikreasikan dengan produk lainnya.”
Alan juga menambahkan ekstrak daun stevia agar Aloe vera tidak terasa hambar. Penambahan ekstrak daun stevia merupakan saran dari beberapa konsumen yang menderita diabetes. Dengan adanya Aloe pure slice ini, mereka yang menderita gula darah tetap aman mengonsumsi produk Rasane Vera.
Jatuh Bangun Usaha Alan Membudidayakan Aloe Vera
Perjalanan Alan membangun usaha budidaya lidah buaya tidaklah mudah. Dua tahun pertama adalah masa jatuh bangun dalam berusaha. Mulai dari gagal panen, penjualan yang belum jelas, nyinyiran keluarga, tetangga dan masih banyak lagi.
Baru di tahun ketiga usaha Alan mendapat perhatian pemerintah. Bisnis yang dibangunnya mulai dilirik oleh beberapa dinas terkait dan pemda setempat. Dirinya mendapat bantuan berupa edukasi, pelatihan, pameran, stand, alat produksi, serta link pemasaran. Lambat laun usahanya mulai berkembang, keluarganya pun mulai mendukung.
Alan yang dulunya hanya seorang diri membangun usaha, menanam Aloe vera di lahan pribadi, kini masyarakat di Gunung Kidul dan 5 kecamatan lain di sekitar Yogyakarta mulai menanam Aloe vera.
“Untuk lahan pribadi yang ditanam lidah buaya seluas 1,5 hektar yang tersebar di beberapa tempat di Yogyakarta. Secara keseluruhan bersama mitra plasma total wilayah budidaya Aloe vera sebesar 4 hektar."
Keberhasilan yang diraih Alan Efendhi
Kini mas Alan, begitu dirinya biasa disapa, telah memiliki kelompok petani binaan dari warga sekitar berjumlah lebih dari seratusan orang yang berasal dari warga sekitar desa di Gunung Kidul, DIY yang disebut mitra plasma.
Dari hasil ini, mitra plasma yang mayoritas adalah ibu-ibu rumah tangga, bisa memiliki penghasilan sendiri. Penghasilan didapat dari hasil menjual bibit, menjual pelepah Aloe vera, serta menjual berbagai produk olahannya.
"Sejak saya mendirikan Aloe Land, banyak masyarakat yang mulai menanam Aloe vera karena melihat peluangnya. Saya memberikan bibit gratis, perusahaannya ada, saya mengelolanya, serta jaminan dibeli dengan harga yang pantas sebesar Rp 3.000,- per kg."
Alan juga mendirikan kelompok wanita Tani (KWT), meski tak mudah akhirnya Alan berhasil mengajak masyarakat sekitar untuk menjadi anggotanya hingga berjumlah 25 orang. Selain itu ada 75 Kelompok Wanita Tani (KWT) sebagai mitra plasma dan 125 orang warga dari sekitar gunung kidul seperti Klaten, Gunung Kidul, dan Sleman yang memasok Aloe vera ke industri yang dikelola Alan.
"Mereka juga telah mendapat pelatihan dari beberapa dinas terkait mengenai olahan makanan dengan bahan Aloe vera. Sehingga mereka bisa membuat permen, dodol, maupun keripik. Ini tentu saja menjadi nilai tambah untuk meningkatkan perekonomian mereka."
Memanfaatkan Pemasaran Online dan Offline Untuk Mengenalkan Produk Rasane Vera
Alan juga mendorong ibu-ibu untuk berkreasi menciptakan produk berbahan lidah buaya. Sehingga tercipta banyak produk turunan dari Aloe vera.
Untuk memuluskan penjualannya, Alan juga melakukan promosi produk dengan memanfaatkan branding yang kuat. Awal promosi yang dilakukan adalah dari mulut ke mulut, kemudian menggunakan pedagang keliling. Semakin hari produknya makin dikenal luas, hingga kemudian merambah ke toko oleh-oleh.
Alan menggunakan dua metode pemasaran yaitu melalui penjualan online dan offline. Metode online melalui marketplace dan sosial media. Sedangkan melalui offline, Alan menggunakan sistem agen dan sistem distributor di seluruh Indonesia.
Sistem penjualan offline dengan memanfaatkan jejaring penjual seperti toko oleh-oleh dan retail yang tersebar di Pulau Jawa dan beberapa kota di Indonesia.
Demi menjaga keaslian produk, Alan juga mematenkan karyanya ke HKI (Hak Kekayaan Intelektual) di Disperindag Yogyakarta. Produk yang didaftarkan berupa minuman kesehatan berbahan Aloe vera dengan gula batu.
Peran Serta Pemerintah Dalam Kesuksesan Rasane Vera
Selama proses panjang yang dilaluinya sejak tahun 2014 hingga saat ini, Alan begitu merasakan peran pemerintah dalam upaya memajukan usahanya. Pemerintah melalui pemda setempat menggerakkan dinas-dinas terkait untuk memberikan berbagai pelatihan serta edukasi.
Bantuan yang dirasakannya antara lain dari dinas pertanian berupa cara budidaya serta alat-alat produksi, sedangkan dari dinas kesehatan bantuan pengurusan izin edar, sertifikasi halal, BPOM dan lainnya, tak lupa pula dari dinas perindustrian, perdagangan dan koperasi bantuan yang diberikan berupa promosi, stand gratis pameran dan informasi event-event perdagangan yang dilakukan pemerintah.
Dukungan ini diberikan pemerintah pada petani-petani muda yang berkreasi memajukan bidang pertanian. Semua fasilitas ini diberikan secara gratis. Alan juga didapuk sebagai Young Ambassador yang bertugas meresonansi kaum milenial supaya tertarik di dunia pertanian.
"Bagi kaum millenial, ayo bertani, Karena pertanian itu adalah pertahanan dalam negeri. Jika bukan kita yang memegang tongkat estafetnya, lalu mau siapa lagi?”
Alan yang berlatar pendidikan sekolah kejuruan ini juga memiliki impian agar Gunung Kidul menjadi pusat edukasi, serta pusat UKM penghasil Aloe vera. Menurutnya, Gunung Kidul wilayah Selatan itu sudah punya potensi pariwisata, sedangkan untuk wilayah utara, dirinya ingin memaksimalkan sebagai pusat oleh-oleh dari Aloe vera.
Budidaya Aloe Vera Siap Menyasar Pasar Luar Negeri
Tidak puas sampai disitu, Alan Efendhi juga menyasar pasar luar negeri. Saat ini dirinya sudah memiliki pembeli dari Amerika. Produk Rasane Vera milik Alan telah lolos uji Food and Drugs administration (FDA), badan perizinan obat dan makanan dari Amerika Serikat agar bisa lolos pasar Amerika.
“Alhamdulillah kami sudah mendapat sertifikat FDA. Saat ini hanya tinggal menunggu sertifikat HACCP untuk izin tempat produksi yang dimiliki. Jika itu sudah Lolos, insya Allah Rasane Vera Siap diekspor ke luar negeri.”
HACCP atau Hazard Analysis and Critical Control Point merupakan prosedur jaminan keamanan makanan yang berlaku secara internasional dan diakui oleh FDA. Tinggal melalui proses sertifikasi keamanan makanan ini, produk yang dikelola oleh PT Mount Vera dengan merk Rasane Vera siap diekspor ke luar negeri.
Nama Alan Effendi sudah dikenal luas sebagai petani yang sukses membangun desanya melalui budidaya Aloe vera hingga pengolahan Aloe vera. Melalui PT Mount Vera Sejati dan Kelompok Wanita Tani Mount Vera Agrotech, membawa Aloe vera menjadi komoditas unggulan di desanya.
"Jika kita memiliki tujuan yang besar harus diiringi dengan niat yang kuat. Terus... jangan berpikir nanti gimana, tapi yang penting action saja dulu." Kata Alan dengan mantap.
Karena usaha membudidayakan Aloe vera dan menghasilkan produk Rasane Vera, Alan Efendhi mendapat penghargaan program Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2023 dari Astra. Alan berhasil menyisihkan 14 ribuan peserta lainnya Dan menjadi juara 1 peraih penghargaan di bidang kewirausahaan karena usahanya dinilai berkelanjutan
"Semoga penghargaan dari SATU Indonesia Award bisa menjadi jembatan bagi kami, kaum millennial, untuk lebih meningkatkan kapasitas produksinya atau kapasitas usahanya, dan untuk lebih bisa menggandeng kita, meluaskan kebermanfaatan kita bagi lingkungan, tidak hanya bagi bisnis kita tetapi bagi lingkungan, bagi masyarakat di lingkungan kita, lingkungan Kabupaten, dan masyarakat luas pada umumnya."
Alan juga berpesan kepada kaum muda yang melakukan urbanisasi untuk kembali ke desa, memanfaatkan komoditas yang ada,
“...Mari kita membangun desa dan MERDESA, merdeka di desa.” tutup Alan dengan penuh semangat.
Semoga langkah Alan Efendhi memberi inspirasi bagi pemuda-pemuda Indonesia yang merantau ke kota untuk pulang ke desa dan memajukan desanya. Seperti yang dilakukan Alan Efendhi, sukses berdaya dari desa dengan budidaya Aloe vera. Selamat Mas Alan, usahamu sangat menginspirasi kami!
#BersamaBerkaryaBerkelanjutan #KitaSATUIndonesia
Referensi:
https://www.astra.co.id/
https://www.mountverasejati.com/
Lidah Buaya diakses 2 November 2024
https://dppp.pontianak.go.id/produk-
YouTube Kementan berjudul 'Kisah Tani Sukses Lewat Budidaya Lidah Buaya' diakses 2 November 2024
https://youtu.be/O6PfkJqzbBQ
unggulan-detil/4-lidah-buaya.html
Alhamdulillah senang sekali membaca tentang kesuksesan Mas alan dalam bertani lidah buaya. Lebih dari itu ia telah berhasil juga memberdayakan masyarakat sekitar untuk ikut serta merasakan kesuksesannya dengan mengajak mereka menjadi mitra dalam usahanya.
ReplyDeleteTak heran ia mendapatkan penghargaan Semangat Astra untuk Indonesia Award bidang kewirausahaankarena memang sangat layak dengan seluruh pencapaiannya sampai saat ini
Lidah buaya memang bisa dimanfaatkan sebagai minuman. Aku pernah melakukan penelitian semasa kuliah dulu dijadikan nata de coco gitu. Tapi, ini keren banget sih mas Alan bisa memberdayakan kampung yang padahal nggak ada basic pertanian, tapi, semangatnya justru membuat warga sekitar berdaya. Bukan hanya minuman, tapi bisa buat dodol, keripik, dan makanan lain. Jadi penasaran sama rasanya, hihi.
ReplyDeletePas banget tema hari pahlawan. Menurut saya, beliau ini juga pantas disebut pahlawan di bidang lingkungan dan mampu memberdayakan masyarakat sekitar
ReplyDeleteKeren banget sih beliau. Kebayang perjuangan dari nol pasti nggak mudah. Lidah buaya sebenarnya kan banyak ya yang jual. Bedanya ini dikelola masyarakat jadi emang sosialnya kuat.
ReplyDeleteBeliau memang layak mendapatkan penghargaan sebagai pahlawan. Ide beliau menjadi mata pencaharian dan membuka peluang kerja untuk masyarakat.
ReplyDeleteMas Alan ini memang kereen...pemuda desa yang produktif dan berhasil memberdayakan masyarakat meningkatkan perekonomian di lingkungannya
ReplyDeleteMasyaallah keren banget mas Alan, inovasinya luar biasa hingga bisa menembus pasar Eropa, tidak mudah untuk mendapatkan sertifikasi HACCP, sukses ya mas Alan.
ReplyDeleteLayak nih mendapat penghargaan pahlawan ekonomi karena telah meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar
ikut seneng membaca kisah Mas Alan, semangatnya nggak pantang mundur, meskipun dulunya pernah menerima nyinyiran dari orang terdekat. Dan dengan kegigihannya, produk rasane vera sudah siap di expor ke pasar internasional. Kalau aku jadi Mas alan, udah pasti sangat bangga sama diri sendiri dan pastinya semua ini berhasil berkat keluarga dan mitra yang mendukungnya
ReplyDeleteSalut untuk mas Alan yg sudah berhasil dengan budidaya Aloe Veranya bahkan bisa meningkatkan penghasilan masyarakat sekitarnya. Semoga perjuangannya menginspirasi pemuda pemudi Indonesia untuk memajukan desanya.
ReplyDeleteWah jadi pengen coba minumannya deh! Masih jarang ada minuman aloe Vera di minimarket dan supermarket. Apalagi ini lolos uji FDA. Mungkin kedepannya bisa dikembangkan ke skincare juga
ReplyDeleteKeren banget mas Alan, pemuda inspiratif. Jadi ikut semangat membaca perjalanan perjuangan jatuh bangun mas Alan dalam merintis usaha ini. Layak banget bisa mendapatkan penghargaan, tidak mudah menciptakan produk unggulan dengan berbagai manfaat kesehatan yang dapat menembus pasar internasional.
ReplyDeleteAku pernah mencicipi nata de aloe, rasanya enak tidak jauh beda dengan nata de coco. Tidak berlendir dan tidak berbau juga. Menanamnya pun tidak terlalu sulit, aloe vera merupakan tanaman yang sering dijumpai di pekarangan rumah warga sekitar sini.
ReplyDeleteLidah buaya memang kaya manfaat, saya sering memanfaatkanya untuk luka bakar. Salut buat mas Allan yang telah berhasil mengangkat desanya lewat budidaya lidah buaya, bisa menginspirasi pemuda -pemuda lainnya di seluruh negeri ini.
ReplyDeleteSaya kira tidak ada salahnya bila kita menanam lidah buaya di rumah .
Petani muda atau petani milenial, sepertinya perlu di-up terus dan diviralkan agar anak muda tertarik menjadi bagian kesuksesan dari profesi ini. Alan Efendhi bisa jadi salah satu role model yang berhasil dengan pemberdayaan masyarakat dari bertani lidah buaya. Keren!
ReplyDeleteInspiratif sekali kisah mas Alan ini. Padahal untuk memulai bisnis itu sulit sekali, apalagi awalnya dukungan cukup minim. Semoga semangat bisnisnya menular juga ke kita semua ya
ReplyDelete