header

Berapa Usia Anak Sekolah Menurut WHO? Cek 4 Tanda Kesiapan Anak Masuk Sekolah

Konten [Tampil]

Hi Moms!
Usia anak sekolah menurut WHO berada di umur berapa ya? Setelah kemarin mengikuti IG live Blogspedia yang membahas seberapa penting anak bisa membaca ketika masuk SD, Mom Queen jadi ingin mengulas usia ideal anak masuk sekolah?

Usia Anak Masuk Sekolah

Usia anak masuk sekolah erat kaitannya dengan kemampuan mereka untuk dapat konsentrasi pada pelajaran. Penelitian menyebutkan lamanya konsentrasi anak tergantung dari usianya, semakin tinggi usia anak maka masa fokus mereka tentunya lebih tinggi.

Meski demikian, orang tua dapat meningkatkan durasi konsentrasi ini agar bisa lebih lama. Beberapa jenis permainan yang membutuhkan ketelitian seperti memasangkan benda yang sama berdasarkan bentuk, tekstur, maupun warna. Permainan ini bisa menjadi cara meningkatkan konsentrasi anak.

Karena di sekolah anak membutuhkan fokus untuk belajar, sebaiknya anak sudah bisa konsentrasi. Anak bisa fokus menjadi tolok ukur mereka sudah bisa masuk sekolah. Jadi sebaiknya usia berapa anak dimasukkan sekolah? Usia anak sekolah menurut WHO berapa sih? Yuk kita bahas!

Usia Anak Sekolah Menurut WHO


Usia Anak masuk sekolah menurut WHO ( World Health Organization) adalah usia 7-15 tahun (Lestari, Ernalia, & Restaunti, 2016). Untuk itu diperlukan dukungan gizi seimbang sebagai penunjang kesiapan anak belajar di sekolah dan tumbuh kembangnya.

Di Indonesia, aturan masuk sekolah diatur dalam Keputusan Sekjen Kemendikbud Ristek (Keputusan Sekjen Kemendikbud Ristek) no.1/2021 tertanggal 30 Oktober 2023 tentang tentang PPDB TK, SD, SMP, SMA, dan SMK.

Aturan ini menetapkan usia masuk sekolah berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu:
  1. Usia masuk TK A minimal 4 tahun dan maksimal 5 tahun
  2. Usia masuk TK B paling rendah 5 tahun dan maksimal 6 tahun
  3. Usia masuk SD kelas 1 adalah 7 tahun atau minimal 6 tahun per 1 Juli tahun berjalan. Usia 7 tahun untuk SD yaitu sebelum 8 tahun.

Saya termasuk orang tua yang senang menyekolahkan anak lebih cepat. Hal ini mungkin berbeda tiap keluarga. Bagi saya, sekolah memiliki kurikulum yang terstruktur serta waktu yang konsisten untuk pembelajaran anak.

Di rumah, saya bisa saja membuat kurikulum serta silabus pembelajaran yang tak kalah bagusnya (menurut saya tentunya hehe), namun lagi-lagi saya terkendala dengan konsistensi.

Konsistensi menjadi penghalang bagi sebagian besar ibu rumah tangga memberikan pembelajaran yang terstruktur dan konsisten. Sedangkan anak-anak menyukai sesuatu yang konsisten serta fokus. Apalagi di usia dini, rentang waktu fokus mereka sangat terbatas, maka ini menjadi kendala bagi saya.

Fokus anak

Ketika mereka sedang semangat belajar, saya sedang sibuk dengan tugas domestik. Namun ketika saya sudah selesai urusan domestik, energi mereka sudah habis. Titik ini yang tidak pernah sinkron dalam keseharian saya dan anak. Makanya sekolah menjadi penunjang utama dalam prinsip pendidikan anak yang saya terapkan di rumah.

Ketika memutuskan anak untuk masuk sekolah baik formal maupun non formal, tentunya sebagai orang tua kita memperhatikan kesiapan anak, utamanya anak bisa fokus mengikuti pembelajaran di sekolah.

Rentang Fokus Anak Berdasarkan Usia


Rentang konsentrasi anak menurut Brain Balance Centers adalah 2-3 menit dikali usia mereka. Jadi rentang usia anak berdasarkan usianya yang dapat diperkirakan sebagai berikut, misal usia anak:
  • Usia 2 tahun= 4-6 menit
  • Usia 3 tahun= 6-9 menit
  • Usia 4 tahun= 8-12 menit
  • Usia 5 tahun= 10-15 menit
  • Usia 6 tahun= 12-18 menit
  • Usia 7 tahun= 14-21 menit, dan seterusnya.

Tentu saja dengan berbagai stimulasi serta pembelajaran khusus dan terstruktur, durasi fokus anak bisa menjadi lebih lama. Namun, lagi-lagi ini membutuhkan stimulan yang membutuhkan peran orang tua.

Makanya saya senang ketika anak bersekolah, anak dapat melakukan sesuatu yang terstruktur dan konsisten. Nantinya, ketika di rumah saya tinggal menyambung dengan beragam permainan menarik saja.

Apalagi sekarang ada program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bisa menjadi jembatan anak-anak untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya. Perpaduan kegiatan belajar sambil bermain yang diterapkan pada anak-anak usia dini dapat menanamkan kecintaan anak pada ilmu.

Bagaimana cara kita melihat kesiapan anak untuk bersekolah? Kesiapan anak-anak untuk bersekolah dapat kita lihat pada beberapa aspek perkembangan.

Cara Melihat Kesiapan Anak Masuk Sekolah


Berdasarkan pedoman Paud Pedia dari Kemendikbud, kesiapan bersekolah didefinisikan sebagai kemampuan anak mengelola dirinya dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sosial-emosional, yang merupakan hasil interaksi anak secara terus menerus dengan berbagai pengalaman di lingkungan anak tumbuh dan berkembang sehingga dapat beradaptasi dengan tantangan belajar di jenjang berikutnya.

Masih berdasarkan pedoman dan stimulasi yang diberikan oleh Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini Ditjen PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbud 2020, Moms bisa melihat kesiapan anak masuk sekolah dapat dilihat dari berbagai aspek perkembangan.

1. Perkembangan Fisik dan Sensori-Motorik

Aspek perkembangan fisik dan sensor motorik ini meliputi keterampilan motorik kasar dan halus. Misalnya untuk keterampilan motorik kasar seperti anak dapat duduk tegak selama di kelas, dapat berlari, melompat, melempar dan menangkap bola dan sebagainya.
 
Sedangkan keterampilan motorik halus seperti dapat menulis dengan 3 jari, dapat membuat garis vertikal, horizontal, lengkung, serta lingkaran. Kemampuan motorik halus juga dapat dilihat dari kemampuan anak untuk menggunting sesuai pola dan lainnya

2. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif meliputi kemampuan bahasa seperti dapat memahami ucapan atau perintah guru, dapat mengungkapkan keinginan, kemampuan berpikir logis, bagaimana mengurutkan atau mengklasifikasi benda dan sebagainya.

3. Perkembangan Sosial Emosional

Perkembangang ini ditandai dengan bagaimana anak dapat memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi marah, senang, sedih secara benar. Termasuk juga kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan teman sebaya.

4. Sikap Belajar

Kemampuan sikap belajar ini meliputi rasa ingin tahu, kreativitas, kemandirian, dan ketekunan belajar (Hyson, 2008). Sikap belajar juga termasuk kemampuan anak untuk dapat fokus selama proses belajar mengajar.

Untuk kesiapan lainnya misal untuk anak PAUD setidaknya sudah lulus toilet training, memahami konsep kepemilikan, sudah dapat memakai sepatu sendiri, bisa berkomunikasi dengan baik dan kemampuan practical life lainnya.

Usia Berapa Anak Sebaiknya Masuk Sekolah?


Jawabannya tergantung perkembangan anak. Kalau saya pribadi, saya tidak melihat dari usia mereka. Tetapi, saya akan melihat dari kesiapan dan kebutuhan anak. Dengan segala dinamikanya, usia berapa pun anak masuk sekolah tetap akan memiliki tantangan masing-masing.

Bagaimana orang tua dapat mendeliver pentingnya sekolah kepada anak, dan mengapa harus belajar itu poin utama yang harus tersampaikan dengan baik.

Jangan sampai anak menjadi 'robot hidup' yang tidak tahu apa tujuannya melakukan sesuatu. Anak adalah individu bebas yang bisa diajak berkomunikasi apalagi terkait dengan masa depannya.

Jadi meskipun usia anak masuk sekolah menurut WHO adalah 7 tahun hingga 15 tahun, ketika anak belum bisa memenuhi berbagai aspek perkembangan sesuai usianya, tidak masalah menunda untuk masuk sekolah.

Jangan sampai sekolah menjadi momok, bagi mereka. Karena sesungguhnya, bagian terpenting anak sekolah adalah menumbuhkan kecintaan mereka pada ilmu. Kalau Moms, usia berapa anak mulai masuk sekolah formal/non formal? Boleh sharing dong.

Salam,
Mom Queen

Referensi:
Pedoman dan Stimulasi Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini Ditjen PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbud, 2020
https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/edu/sekolah/d-7028118/aturan-usia-masuk-sekolah-di-ppdb-begini-pedoman-terbarunya/amp

Phai Yunita S Wijaya
Hi Im Yunniew, ibu dengan 3 orang anak yang memiliki hobby menulis dan literasi. Marriage and parenting enthusiast, Womanpreneur dan Consultant franchise Laundry and minimarket, ibu pembelajar, dan tukang review produk temen :)

Related Posts

6 comments

  1. Jadi inget dulu waktu memasukkan si sulung ke SD, usianya baru 6 tahun beberapa bulan. Ga diterima dong, alasannya harus 7 tahun masuk SD-nya, jadinya kita nunggu lagi dah tahun ajaran berikutnya baru bisa masuk

    ReplyDelete
  2. Ternyata usia sangat berpengaruh terhadap respons anak dalam menempuh pendidikan, ya. Tapi, aku ssndiri masuk SD kecepetan satu tahun. Dan ternyata beberapa teman sekolahku ada juga yang seperti itu. Sejauh ini aku aman-aman aja sih meskipun kadang agak susah untuk cepat memahami

    ReplyDelete
  3. Setuju, jangan sampai anak menjadi 'robot hidup' yang tidak tahu apa tujuannya melakukan sesuatu. Usia menjadi tolok ukur pertama yang bisa kita terapkan dalam menilai kelayakan pendidikan.

    ReplyDelete
  4. Setuju, jangan sampai anak menjadi 'robot hidup' yang tidak tahu apa tujuannya melakukan sesuatu. Usia menjadi tolok ukur pertama yang bisa kita terapkan dalam menilai kelayakan pendidikan.

    ReplyDelete
  5. Usia 7 tahun masuk SD memang pas dwngan kematangan emosinya. Kalau menurut saya masuk SD saat usianya blm matang malah akan membebani anak yang beranagkutan karena emosinya belum siap dan belum matang.

    ReplyDelete
  6. Aku dulu SD kelas 1 di usia 4 tahun. Seharusnya sih itu masih TK, namun waktu itu guruku bilang di usia 4 tahun aku sudah bisa untuk mengikuti pelajaran SD. Yah, akhirnya masuk SD. (April Hatni)

    ReplyDelete

Post a Comment