Konten [Tampil]
Anak muda Indonesia jangan malu jadi petani. Menjadi petani itu bukan kegagalan. Menjadi petani itu pilihan. kita bisa menebar ribuan benih kebaikan lewat dunia pertanian pada ribuan orang."Ini adalah harapan yang disampaikan Maya Skolastika, pendiri kebun organik yang bernama Twelve’s Organic di Mojokerto. Pernyataan ini adalah jawaban atas pertanyaan saya mengenai harapan terbesar yang ingin diraihnya melalui Twelve's Organic.
Harapan yang dikemukakan oleh lulusan sarjana sastra inggris Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini bukan tanpa alasan, karena ketika awal memulai cikal bakal perkebunan organik tahun 2008, banyak yang menyangsikan keputusannya.
Ya, Maya dan teman-temannya memang tidak memiliki latar belakang pertanian. Mereka adalah sekumpulan mahasiswa yang tertarik dengan pertanian organik. Tahun 2008, Maya Skolastika, Herwita Rosalina, dan 3 orang temannya lainnya mendirikan pertanian organik.
Dengan merogoh kocek masing-masing hasil mengajar private bahasa Inggris, terkumpul uang sebesar Rp 5 juta rupiah. Lima orang srikandi ini kemudian menyewa sebuah lahan tidur seluas 5000 m2.
Mereka memilih lahan tidur karena menurutnya mudah menakar dan mengetahui seberapa banyak input kimiawi pada lahan tersebut. Memang, sejak awal Maya dan kawan-kawan sudah berniat membangun pertanian organik.
Sebagai orang awam, tentu banyak yang bertanya mengapa dirinya mau terjun di dunia pertanian organik? Bagi sebagian orang, profesi ini masih dipandang sebagai pekerjaan yang kurang menjanjikan.
Saya pun penasaran dengan alasan mbak Maya. Untuk itulah saya menuliskan cerita inspiratif tentang Maya Skolastika dan kawan-kawan yang berkiprah di Twelve's Organic.
Sumber foto: Satu Indonesia Astra |
Latar Belakang Lahirnya Twelve's Organic
Menurut pemilik nama lengkap Maya Skolastika Boleng ini, bermula dari kekhawatirannya akan isu pangan, isu kesehatan, serta isu lingkungan yang terjadi pada saat itu.
Krisis pangan terjadi dikarenakan berkurangnya subsidi pupuk dari pemerintah, akibatnya harga-harga meningkat. Di samping itu, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan juga tidak begitu baik untuk kesehatan. Belum lagi masalah lingkungan, penggunaan pupuk kimia yang berkelanjutan dapat menghabiskan unsur hara pada tanah, sehingga berdampak kelestarian alam hingga pemanasan global.
Berbagai alasan inilah yang semakin menguatkan Maya dan kawan-kawan untuk mengembangkan pertanian organik. Pertanian organik dianggap paling sedikit efeknya untuk alam, namun memiliki dampak yang besar bagi kesehatan dan juga kehidupan manusia.
Berangkat dari alasan itu, akhirnya 5 sekawan ini membangun organic farm atau pertanian organik.
Menebar Bibit Kebaikan Lewat Dunia Pertanian
Dengan modal pribadi dan semangat pasti, sekelompok mahasiswi Unesa ini mendirikan pertanian organik. Lokasi yang mereka pilih sebagai lahan pertanian adalah di dusun Claket, Kecamatan Pacet, Mojokerto.
Maya menyadari kenyataan bahwa petani lokal disana, tidak memiliki kebebasan dalam memilih jenis tanaman yang ditanam. Petani lokal hanya menanam jenis tanaman seperti padi, ubi, dan bawang merah saja. Hanya jenis tanaman ini saja yang ditanam selama bertahun-tahun.
Petani lokal seolah tidak bisa menentukan jenis tanaman apa yang mau mereka tanam. Hal ini dikarenakan para petani lokal tidak memiliki pengetahuan siapa pembeli akhir (end user) hasil kebun mereka. Selama ini mereka hanya tahu menjual hasil panen pada tengkulak atau agen. Mereka belum paham bagaimana cara menciptakan pasar sendiri.
Menyadari hal ini, mulailah dirinya dan kelompoknya menanam jenis tanaman sayur organik di lahan yang mereka sewa. Mereka mempekerjakan 3 petani lokal untuk membantu mereka di kebun. Uang modal digunakan untuk menyewa lahan, membeli benih, pupuk, hingga membayar petani yang dipekerjakan.
Sumber foto: https://www.instagram.com/twelves.organic |
Sembari berkebun, mereka juga mengedukasi petani lokal tentang pertanian organik. Pertanian organik bukan berarti bebas bahan kimia sama sekali. Potensi kontaminasi bahan kimia tetap saja terjadi, baik dari lingkungan, air, maupun udara. Saat itu tantangan mulai muncul.
"Mengubah pola kebiasaan petani lokal yang sudah puluhan tahun menggunakan bahan kimia sebagai support system dunia pertanian tidaklah mudah. Bahkan kami dianggap sekelompok mahasiswi yang sedang melakukan penelitian dan tidak paham dunia pertanian. Tapi kami terus mendampingi dan mengedukasi petani lokal tentang pertanian organik."
Jatuh Bangun Membangun Pertanian Organik
Tahun pertama mengelola lahan tidur di Mojokerto, Maya dan kawan-kawan berhasil memanen 1,2 ton sayur organik. Tetapi, namanya juga mahasiswa sastra inggris yang tidak punya background bisnis, mereka bermasalah dalam pemasaran hasil panen.
Terlebih ketika penawaran ke pasar lokal di Surabaya, tidak sesuai harapan. Terdapat sistem buka tutup harga yang membuat mereka kewalahan. Ditambah lagi rencana penjualan ke beberapa supermarket besar di Surabaya ditolak. Akhirnya di tahun pertama mereka merugi, modal habis, dan mereka memiliki hutang.
Kejadian merugi ini yang menjadi salah satu alasan 3 orang kawan-kawan pendiri pertanian organik ini mundur teratur, yang tersisa hanya Maya dan Wita, panggilan untuk Herwita Rosalina.
"Tahun pertama kami membangun pertanian organik, kami gagal. Disitulah kami sadar bahwa kami ditegur Tuhan. Kami mengambil hikmah bahwa Tuhan ingin kami lebih mengandalkanNYA dalam berusaha. Dalam kerja sama dengan manusia, berusaha dan berdoa harus beriringan." tegas Maya.
Setahun setelah kegagalan ini, tepatnya tahun 2010, mereka berdua sempat berhenti sejenak dan melanjutkan hidup di dunia kerja. Maya dan Wita, kembali bekerja di Bali. Disana mereka mendapatkan karir, fasilitas, transportasi, dan gaji yang menggiurkan.
Pencapaian posisi karir yang baik ini secara tak langsung menghapus stigma yang diterima Maya dan Wita. Selama ini mereka dianggap memilih dunia pertanian karena takut bersaing di dunia kerja. Akhirnya mereka dapat membuktikan bahwa mereka juga dapat meraih pencapaian yang gemilang dalam dunia kerja.
Dua tahun bekerja di Bali, rasanya cukup bagi mereka mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Dua sahabat ini kembali lagi membangun impian mereka menebar kebaikan lewat dunia pertanian organik. Tahun 2012 Maya dan Wita kembali memulai pertanian organik yang kedua. Mereka menamainya Twelve's Organic.
Bermodal tabungan hasil kerja di Bali, Maya dan Wita, kembali membangun pertanian Organik di tahun 2012. Tak tanggung-tanggung, modal Rp 20 juta rupiah mereka gelontorkan untuk membangun proyek second zero start pertanian organik.
Seperti tak pernah patah arang, semangat Maya dan Wita justru lebih besar daripada saat pertama kali membangun organic farm di awal.
Saya pun bertanya, apa sih yang membuat mbak Maya dan mbak Wita mau membangun lagi pertanian organik? Padahal sudah punya posisi mapan, gajinya juga lumayan.
"Kami ingin dapat menginspirasi para anak muda Indonesia. Menjadi petani bukan karena kami takut bersaing dengan dunia luar dengan sesuai background pendidikan kami. Tetapi, melalui pertanian kami ingin menebar lebih banyak kebaikan, mengedukasi banyak orang, dan berkontribusi lebih besar pada lingkungan." jawab Maya dengan pasti.
"Jika hanya berkiprah di dunia pekerjaan, mungkin hanya kami berdua yang bisa menikmati penghasilan yang sesuai keinginan. Sedangkan menjadi petani organik, kami bisa menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk membawa banyak kebaikan."
Saya sungguh terharu sekali dengan jawaban ini. Tentu tidak semua orang berani mengambil langkah seperti yang dilakukan Maya dan Wita, dua sahabat karib semasa kuliah ini.
Nama Twelve's Organic adalah kepanjangan dari two wealth vegetables supply organic. Nama ini dipilih karena memiliki makna yang berarti 'kehidupan dua' dalam menghadirkan sayuran dan buah organik sesuai standar nasional dan internasional.
Dua tahun bekerja di Bali, rasanya cukup bagi mereka mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Dua sahabat ini kembali lagi membangun impian mereka menebar kebaikan lewat dunia pertanian organik. Tahun 2012 Maya dan Wita kembali memulai pertanian organik yang kedua. Mereka menamainya Twelve's Organic.
Second Zero Start Melalui Twelve's Organic
Bermodal tabungan hasil kerja di Bali, Maya dan Wita, kembali membangun pertanian Organik di tahun 2012. Tak tanggung-tanggung, modal Rp 20 juta rupiah mereka gelontorkan untuk membangun proyek second zero start pertanian organik.
Sumber foto: https://www.instagram.com/twelves.organic |
Seperti tak pernah patah arang, semangat Maya dan Wita justru lebih besar daripada saat pertama kali membangun organic farm di awal.
Saya pun bertanya, apa sih yang membuat mbak Maya dan mbak Wita mau membangun lagi pertanian organik? Padahal sudah punya posisi mapan, gajinya juga lumayan.
"Kami ingin dapat menginspirasi para anak muda Indonesia. Menjadi petani bukan karena kami takut bersaing dengan dunia luar dengan sesuai background pendidikan kami. Tetapi, melalui pertanian kami ingin menebar lebih banyak kebaikan, mengedukasi banyak orang, dan berkontribusi lebih besar pada lingkungan." jawab Maya dengan pasti.
"Jika hanya berkiprah di dunia pekerjaan, mungkin hanya kami berdua yang bisa menikmati penghasilan yang sesuai keinginan. Sedangkan menjadi petani organik, kami bisa menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk membawa banyak kebaikan."
Saya sungguh terharu sekali dengan jawaban ini. Tentu tidak semua orang berani mengambil langkah seperti yang dilakukan Maya dan Wita, dua sahabat karib semasa kuliah ini.
Nama Twelve's Organic adalah kepanjangan dari two wealth vegetables supply organic. Nama ini dipilih karena memiliki makna yang berarti 'kehidupan dua' dalam menghadirkan sayuran dan buah organik sesuai standar nasional dan internasional.
Melalui Twelve’s Organic Maya dan Wita juga menggandeng petani lokal untuk berkolaborasi menghadirkan sayur dan buah organik. Maya membentuk kelompok tani madani dan petani swadaya.
- Petani Madani adalah kelompok tani yang berfokus menanam tanaman jenis sayur-sayuran.
- Petani Swadaya adalah kelompok tani yang fokus pada tanaman rassberry, blueberry, serta pembuatan pupuk organik.
Ibu Pariati dari kelompok petani Madani (Sumber foto: https://www.instagram.com/twelves.organic) |
Mereka mengundang para petani lokal untuk dibina dan diedukasi perihal pertanian organik dan mengurangi ketergantungan dengan pupuk kimia. Mereka juga mengajarkan bagaimana petani memiliki rantai konsumen sendiri tanpa tergantung dengan tengkulak atau agen, sehingga petani bebas menanam apa saja sesuai kebutuhan konsumen.
“Melalui Twelve’s Organic ini, kami diberi banyak pelajaran oleh Tuhan. Tuhan ingin agar kami membangun hubungan kemitraan dengan sesama, bukan hubungan dagang. Kami membina para petani perempuan dan mempekerjakan mereka di kebun dan menjadi bagian dari manajemen. Semua kami lakukan agar kami bisa menebar lebih banyak kebaikan bagi sesama.”
Semangat Menebar Kebaikan Lewat Alam Twelves Organic
Setelah membangun Twelve's Organic sejak 2012 hingga sekarang, usaha Maya dan Wita mulai membuahkan hasil. Kini Twelve's Organic yang berlokasi di Jalan Mawar, Dusun Sembong, Desa Claket, Kecamatan Pacet, Mojokerto ini telah memiliki kebun organik dengan berbagai jenis buah dan tanaman lokal organik.
"Kami menanam berbagai jenis tanaman lokal. Karena kami ingin agar jenis tanaman lokal jangan sampai punah." ujar Maya.
Di kaki bukit Welirang yang damai, terhampar kebun Twelve's Organic yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman. Tak kurang dari 70 jenis buah dan sayuran tumbuh subur disini. Terdapat juga warna warni bunga yang menambah semarak perkebunan organik ini.
Ya, namanya juga pertanian organik, semua tanaman disini bebas dari pupuk kimia, karena menggunakan bahan organik sebagai media tanam, perawatan, hingga pemupukan.
Yang menariknya di kebun ini, kita juga bisa melakukan wisata kebun bersama keluarga lho. Pengunjung yang datang bersama keluarga bisa mengunjungi tempat ini sambil memberikan edukasi kepada keluarga.
Pertama kali menginjakkan kaki di perkebunan Twelve's organic suasana alam nan asri langsung terasa disini. Matahari yang menyapa ramah, udara sejuk disertai tiupan angin semilir adalah sambutan alam pertama di kebun ini.
Yang menariknya di kebun ini, kita juga bisa melakukan wisata kebun bersama keluarga lho. Pengunjung yang datang bersama keluarga bisa mengunjungi tempat ini sambil memberikan edukasi kepada keluarga.
Sumber foto: https://www.instagram.com/twelves.organic |
Pertama kali menginjakkan kaki di perkebunan Twelve's organic suasana alam nan asri langsung terasa disini. Matahari yang menyapa ramah, udara sejuk disertai tiupan angin semilir adalah sambutan alam pertama di kebun ini.
Pengunjung yang datang akan langsung disuguhi minuman sebagai welcome drink yang tersedia di kebun ini. Susunan kursi kayu berjejer rapi dengan hidangan minuman jus buah lemon dan berry menjadi pembuka kata kala itu.
Tak hanya itu, pengunjung yang datang juga bisa menikmati momen berkenalan dengan petani kebun, mengobrol, serta memanen buah dan sayuran. Di sesi akhir, pengunjung juga bisa menikmati makan siang di Twelve's Organik. Menu yang ada tentunya berasal dari kebun organik ini. Amboi! Sungguh ini kebaikan semesta yang tak terkira.
Tak hanya itu, pengunjung yang datang juga bisa menikmati momen berkenalan dengan petani kebun, mengobrol, serta memanen buah dan sayuran. Di sesi akhir, pengunjung juga bisa menikmati makan siang di Twelve's Organik. Menu yang ada tentunya berasal dari kebun organik ini. Amboi! Sungguh ini kebaikan semesta yang tak terkira.
"Pesan yang ingin kami sampaikan dari kegiatan wisata kebun di Twelve's Organic adalah bagaimana manusia, terutama anak-anak dapat mengenal proses produksi buah dan tanaman. Selain itu mereka juga dapat mengetahui dari mana makanan itu berasal, siapa yang menanam, ngobrol dengan petani, hingga kegiatan memanen." ujar Maya menitip harapan.
Sumber foto: https://www.instagram.com/twelves.organic |
Setelah puas berkeliling kebun, pengunjung dapat memanen buah dan sayuran yang telah siap panen. Pengunjung dibebaskan untuk memanen apa saja yang ada di kebun. Nantinya hasil panen ini akan ditimbang, jika ingin dibawa pulang.
Saya pun turut gembira dengan adanya kegiatan ini, bagaimana tidak, kami yang terbiasa hidup di tengah kota industri, tentu sangat jarang bersentuhan dengan dunia pertanian. Dan momen wisata ke kebun organik tentu menjadi momen berharga bagi anak-anak.
Terus Menebar Semangat dan Berbagi Manfaat Melalui Twelve's Organic
Melihat kebun yang luas dengan banyaknya sayur serta buah yang ada di kebun Twelve organic, saya pun penasaran bagaimana dengan pemasaran hasil kebun sekarang?
"Di kebun ini, panen biasanya dilakukan 3 kali dalam seminggu. Untuk hasil panennya kami memasok ke beberapa rumah tangga dan supermarket di Mojokerto. Untuk supermarket kami memasok hingga ke Surabaya dan Malang."
Wow! Wajar saja dengan hasil panen buah dan sayuran organik yang melimpah, tentu mereka memiliki strategi bisnis yang teruji agar kegagalan sebelumnya tidak terulang lagi.
"Dalam hal menjadi pebisnis di bidang pertanian, kita harus bijak menempatkan diri. Kegagalan kami sebelumnya tentu menjadi pelajaran berharga untuk kami. Kami bukan hanya ingin membangun hubungan dagang/bisnis saja, tetapi kami ingin membangun hubungan kemitraan yang membawa banyak kebaikan bagi sesama. Kami ingin membuktikan kita bisa menebar kebaikan lewat dunia pertanian" pungkas Maya menutup obrolan kami siang itu.
Apa yang dikatakan Maya memang terbukti, jika dirinya dan Wita lebih memilih berkarir sesuai latar belakang pendidikannya, mungkin hanya mereka pribadi saja yang dapat menikmati hasilnya. Tetapi lewat pertanian organik, melalui Twelve's Organic adalah kesempatan kedua bagi mereka untuk memberi kemakmuran bagi banyak orang.
Kini Maya dan Wita telah mempekerjakan 27 petani perempuan untuk berkiprah di Twelve's Organic. Separuh diantara petani perempuan juga merupakan bagian dari manajemen Twelve's Organic. Semoga kisah Maya Skolastika dan Herwita Rosalina bisa menjadi inspirasi anak muda Indonesia karena semangat untuk hari Ini dan masa depan Indonesia yang lebih baik!
Apa yang dilakukan Maya dan kawan kawan membuktikan bahwa jika ada kemauan siapapun akan bisa. Tanpa background khusus pun juga bisa memberikan kontribusi
ReplyDeleteBener banget pak Gie, mbak Maya salah satu bukti nyatanya.
DeleteMasih muda, cantik dan mau memberikan kontribusi positif di bidang pertanian.
ReplyDeleteSalah satu gerakan ramah lingkungan yang menyelamatkan kesehatan bumi untuk kedepannya.
Semoga gerakan positif yang dilakukan Kak Maya dapat menular hingga ke masyarakat luas.
Amiin, semoga segera menyebar virus kebaikannya.
DeletePilihan jalan hidup yang keren ya? Menginspirasi banget sih ini, jadi pelopor untuk pertanian yang lebih baik dan lebih sehat
ReplyDeleteya Kak, dan nggak semua orang berani mengambil jalan yang dipilih oleh mbak Maya dan kawan-kawan.
DeleteWah, salut deh dengan duo Maya dan Wita, semangatnya yang tidak mudah padam dalam menebar benih kebaikkan
ReplyDeleteIya mbak, semoga kisahnya bisa menginspirasi banyak orang.
DeleteWah saya juga ingin jadi petani organik... tapi nggak punya lahan.
ReplyDeleteSalut, kegagalan yang sempat menghampiri tidak membuat api semangat Maya dan Wita padam. Sekarang hasilnya sudah tampak. Tentu ini menjadi inspirasi bagi anak muda untuk mau bergerak di bidang pertanian.
ReplyDeleteSemoga semangatnya mbak Maya dan mbak Wita juga menular ke kita ya mbak.
DeleteKeren banget misinya, melalui pertanian ingin menebar lebih banyak kebaikan, mengedukasi banyak orang, dan berkontribusi lebih besar pada lingkungan..Saluut! Bisa nih ajak keluarga ke Twelve's Organic, agar anak-anak saya juga terinspirasi dan menjadi anak muda Indonesia yang bersemangat untuk hari ini dan masa depan nanti.
ReplyDeleteSaluuut. Angkat topi tinggi2 buat Kak Maya dan Kak Wita. Semoga kian banyak anak muda yang menginspirasi begitu. Menjadi pelopor dan motivator bagi masyarakat.
ReplyDeleteAmiin, semoga kisah mereka menginspirasi kita ya Mbak.
DeleteTes
ReplyDeleteiya nih, penting ngajarin generasi penerus kita kalo makanan itu ga disulap, sebelum dimasak ia juga ditumbuhkan. Menanamkan iman pada mereka, bahwa proses yang dilakukan butuh ijin Yang Maha Kuasa untuk bisa tumbuh dan dipanen, sekaligus mengajarkan proses
ReplyDeleteKeren ya. Masih muda tapi pandangannya jauh ke depan. Tidak malu menjadi petani, padahal sekarang banyak sudah ditinggalkan oleh para pemuda di daerah. Semoga maju terus usahanya
ReplyDeleteAmiin, makasih doanya Kak. Semoga cerita mbak Maya menginspirasi ya
DeleteLuar biasa sekali, disaat generasi muda udah jarang sekali yang memikirkan dunia pertanian justru sosok maya ini memilih dan fokus pd bidang tersebut. Lihat hasil panen dari kebun Twelve organic sunggu segar dan menggoda sekali buat diangkut kerumah
ReplyDeleteMenarik untuk ditiru cara mengelola kebun sayur organik. Kebetulan saya juga mempunyai lahan tidur.
ReplyDeleteayo dimanfaatkan untuk pertanian organik Kak.
DeleteKisah inspiratif. Keren banget Mba Maya. Semoga bisa menginspirasi lebih banyak lagi.
ReplyDeleteAmiin, makasih sudah membaca kak.
DeleteMelihat kisah maya ini jadi berpikir deh, ke depannya kira-kira apa yang bisa saya lakukan untuk negeri ini. Apakah saya juga bisa seperti Maya dan teman-temannya membangun sesuatu seperti Twelve's Organic yang bisa membuka banyak kesempatan bagi warga sekitar, tidak hanya membuat makmur diri sendiri
ReplyDeleteKeren banget! Nggelontorin dana 20 juta buat bangun Indonesia yang lebih baik. Ini juga jadi upaya untuk memberdayakan petani lokal dan warga sekitar agar bisa lebih mandiri dalam urusan pangan. Salut ❤️❤️
ReplyDeleteLuar biasa semangatnya! Semoga terus bertahan dan semakin banyak yang tersadarkan mengenai pertanian organik ini. Wisata kebun juga jadi cara tepat untuk mengedukasi secara fun. Siapa tau kaaan, anak-anak kecil yang berkunjung ke sana di kemudian hari meneruskan jejak mereka.
ReplyDeleteIya bener Kak, apalagi anak-anak kalau diajak ke kebun pasti seneng bukan main. yuk ke Twelve's Organic kak.
Deleteterima kasih sharingnya mba, kita perlu lebih banyak lagi pemudi dan pemuda seperti mb maya ini. bener2 belajar pertanian untuk aplikasikan ilmunya jadi manfaat orang banyak
ReplyDeleteBetul banget, makasih Kak sudah berkunjung.
DeleteInspiratif sekali Kak. Bangga rasanya kalau membaca cerita sepak terjang para wanita yang berdaya dan memberdayakan sesamanya
ReplyDeleteBetul, semoga cerita mbak Maya menginspirasi kita semua ya.
DeleteSebagian masyarakat masih ada saja yang julid kalau ada lulusan sarjana kemudian menekuni bidang pertanian, bahkan ada yang tega mengatakan untuk tidak kuliah saja kalau mau menjadi petani. Kehadiran Maya Skolastika bisa menjadi jawaban bahwa apapun profesi kita dengan niat tulus untuk menebar kebaikan, pasti akan ada jalan kesuksesan dari mana pun, termasuk dalam bidang pertanian
ReplyDeleteBenerr banget Pak Yo, masih banyak anggapan awam yang bilang gini. Semoga ke depannya tidak ada lagi yang memandang sebelah mata pada profesi apapun.
DeleteKeren banget ya kak Maya Skolastika, ini berhasil terus Semangat Menebar Benih Kebaikan Melalui Pertanian
ReplyDeleteAku tuh selalu kagum dengan orang2 yang menceburkan diri di dunia tanam menanam. karena jujur aku selalu ingin berkebun tapi tidak memiliki tekad yang kuat, jadinya males d...
ReplyDeleteKeren nih perjuangannya. Semoga makin memberikan kebermanfaatan kepada banyak orang.
ReplyDeleteWow luar biasa banget mbak Maya ini. Berkontribusi langsung dan nyata untuk kebaikan bumi, turut menghijaukan bumi sekaligus mendidik petani untuk mendapatkan hasil pertanian berkualitas
ReplyDeleteJadi tersentuh melihat semangatnya Kakak-kakak inii. Pengen juga memulai kebun di Indonesia, semoga suatu saat bisa juga!!
ReplyDeletewisata kebun di Twelve's Organic sangat menginspirasi. Utamanya untuk kegiatan family time, dimana bisa mengajarkan anak tentang pentingnya menanam tanaman
ReplyDeleteWahh bisa jadi inspirasi banget nih, aku juga lagi mengembangkan usaha untuk bertani. Tapi masih belum terbayang bagaimana kedepannya, tapi tadi udah baca ini jadi makin semangat lagi buat garap lahan hhe
ReplyDeleteSemangat kak menjadi petani bukanlah profesi yang buruk apalagi saat ini banyak anak muda yang gengsi dengan menjadi petani
ReplyDeleteKeren banget nih bertani apalagi konsennya ke tanaman pangan lokal. Aku tu dari dulus elalu pengen punya kebun sayuran, semoga nanti bisa pas pindah rumah ke lahan yang lebih luas :D
ReplyDeleteJadi pengen main ke kebun Twelve deh kalau ntar mudik ke Surabaya ngajakin anak2 kyknya seruuu.
Akhir-akhir ini, aku juga suka dunia pertanian. DIkit-dikit mulai belajar terkait hidroponik. Akhirnya, jadi pengen punya rumah yang ada halamannya buat menerapkannya
ReplyDeletembak maya inspiratif sekali ya, tidakhanya sekedar menanam tetapi juga memikirkan untuk keberlanjutannya, keren sekali.
ReplyDeletemasyaAllah keren sekali ya berani eksekusi ide dan berani berbeda pilihan dengan arus kebanyakan. Sukses terus utk twelve organic.
ReplyDelete