Konten [Tampil]
Baru saja kita merayakan hari raya kedua umat Islam, hari raya Idul Adha. Idul Adha adalah hari raya umat Islam setelah Idul Fitri. Hari Raya Idul Adha sering juga disebut sebagai hari raya Haji.
Apa pelajaran penting pada sejarah perayaan hari besar umat Islam yang jatuh pada tanggal 10 Djulhijah ini? Sama-sama kita belajar tentang sejarah Idul Adha dan bagaimana peristiwa yang melatarbelakanhi lahirnya perintah qurban ini.
Sejarah Idul Adha
Perintah qurban berawal dari peristiwa yang sangat fenomenal antara Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail. Kalau lah ketaqwaan Nabi Ibrahim hanya rata-rata tak akan sanggup memenuhi perintah Allah tentang perintah qurban.
Coba kita bayangkan, nabi Ibrahim sudah memasuki usia lanjut saat menikah dengan istrinya yang kedua, yaitu Siti Hajar. Pada pernikahan yang pertama dengan Sarah, Nabi Ibrahim belum dikaruniai putra. Kemudian Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Hajar, berharap Allah SWT memberikan keturunan padanya.
Siang malam Nabi Ibrahim berdoa pada Allah, merayu agar diberi keturunan yang sholih sebagai penerusnya. Doa Nabi Ibrahim ini terekam abadi dalam Alquran. Allah SWT mengabadikan doa nabi Ibrahim dalam QS As-Saffat : 100.
رَبِّ Ù‡َبْ Ù„ِÙ‰ Ù…ِÙ†َ ٱلصَّٰÙ„ِØِينَ
Artinya:"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang Saleh." (sumber : tafsirweb.com)
Doa nabi Ibrahim tulus ini kemudian dikabulkan Allah SWT. Allah SWT mengabarkan kepada nabi Ibrahim akan kelahiran seorang putranya yang bernama Ismail sebagai seorang hamba yang sabar.
Tentu saja kabar ini sangat menggembirakan bagi nabi Ibrahim. Betapa bersyukurnya neliau tatkala tahu saat istrinya, Siti Hajar, mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan. Namanya pun tertuang dalam Alquran sebagai orang yang sabar.
Namun, ujian pada rumah tangga Nabi Ibrahim belum usai. Datang perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk kembali pada istrinya Sarah. Nabi Ibrahim pun meninggalkan anak dan istrinya di saat Ismail masih menyusu. Betapa sabar dan tawakalnya nabi Ibrahim dan Siti Hajar dalam melaksanakan perintah Allah.
Ditinggalkan di negeri yang gersang dan tanpa pepohonan. Siti Hajar dan Ismail ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim atas perintah Allah. Peristiwa ini tertulis dalam QS Ibrahim : 37
"
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezeki lah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (sumber : tafsirweb.com)
Pada saat itu juga ada Peristiwa Siti Hajar, ibunda nabi Ismail mencari sumber air kesana kemari dari Shafa ke Marwah dengan berlari kecil. Namun tak juga bertemu.
Lelah mencari bolak balik sebanyak 7 kali tak jua membuahkan hasil, hingga Allah mengilhamkan nabi Ismail untuk menghentakkan kakinya ke bumi. Dari hentakan kaki nabi Ismail muncul sumber air abadi yang hingga saat ini masih bisa kita nikmati itulah air Zam-Zam.
Pertemuan nabi Ibrahim dan keluarganya kembali terjadi saat Nabi Ismail berusia cukup untuk berusaha. Ada yang mengatakan Nabi Ismail saat bertemu kembali dengan ayahnya berusia 7 tahun.
Selang beberapa waktu, setelah berkumpul kembali dengan anak dan istrinya, ujian pun datang kembali kepada nabi Ibrahim. Melalui mimpinya Allah SWT memerintahkan dirinya untuk memnyembelih anaknya. Seperti apa yang tertuang dalam ayat al quran As-Saffat berikut ini.
"Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!...."
Dari Ayat diatas nampaklah kisah bagaimana nabi Ibrahim menyampaikan perintah Allah ini kepada putranya, Ismail. Dan sungguh jawaban nabi Ismail sangat menyenangkan ayahnya.
"Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."
Mendengar hal ini nabi Ibrahim pun semakin mantap untuk melaksanakan perintah Tuhan-NYA. Qurban NABI Ismail pun segera dilakukan. Nabi Ibrahim membaringkan nabi Ismail ke lantai, mengikat kaki dan tangannya. Proses penyembelihan pun terjadi.
Seketika itulah mukjizat Allah terjadi. Allah SWT mengganti Nabi Ismail dengan seekor Domba yang gemuk. Nabi Ibrahim bukan menyembelih anaknya melainkan seekor domba, sedangkan Nabi Ismail aman berada di sisinya.
Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
(QS As Saffat 104-107)
Allahu akbar Allahu akbar inilah bukti kebesaran Allah SWT. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 Dzulhijjah, kemudian diperingati sebagai hari raya Idul Adha atau Idul Qurban bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia.
Pelajaran Penting dari Keluarga Nabi Ibrahim Tentang Sejarah Perintah Qurban
Idul Adha adalah hari raya qurban, perayaan Idul Adha adalah sebagai puncak dari rangkaian ibadah haji. Diperingati pada Tanggal 10 Dzulhijjah hingga 13 Dzulhijjah (hari tasyrik).
Apa tujuan Idul Adha sebenarnya? Dalam dunia pendidikan Islam, banyak hal yang bisa kita petik dari keluarga Nabi Ibrahim. Apa pelajaran penting yang bisa dipetik dari keluarga Nabi Ibrahim atas sejarah qurban ini? Mom Queen akan mencoba menulisnya berikut ini.
1. Bentuk Ketaatan Akan Perintah Allah
Sebagaimana Nabi Ibrahim dulu telah mengorbankan anaknya sebagai kurban atas perintah Allah SWT. Pelaksanaan qurban yang kita laksanakan saat ini adalah bentuk kepatuhan kita pada perintah Allah SWT.
Hal ini menyiratkan bahwa Allah SWT memerintahkan kita untuk mengorbankan sesuatu yang sangat kita sayangi. Bagaimana ketaatan ini bisa kita ajarkan kepada anak-anak kita agar dapat mengambil contoh dari ketaatan keluarga nabi Ibrahim.
"Maka dirikanlah sholat karena Tuhan-MU dan berkurbanlah." (QS Alkautsar : 2)
2. Orang Tua Adalah Teladan Bagi Anak
Orang tua sebagai teladan anak, telah menjadi salah satu tujuan Idul Adha yang telah dicontohkan oleh keluarga nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim telah memberikan teladan yang sempurna kepada putranya akan kepatuhan dan ketaatannya pada perintah Allah.
Hal ini ini juga menjadi tercermin pada diri Ismail. Tatkala perintah qurban itu datang, dengan mantap putranya pun semakin menguatkan ayahnya untuk segera melaksanakan perintah agama.
3. Mendidik Anak ala Nabi Ibrahim
Cara nabi Ibrahim dalam mendidik putranya atas dasar kepatuhan dan ketaatannya pada perintah Allah SWT. Cara mendidik anak seperti yang dicontohkan nabi Ibrahim menjadi salah satu tujuan dari Idul Adha itu sendiri.
4. Komunikasi Adalah Kunci
Poin penting lainnya pada pelajaran yang bisa diambil pada sejarah Idul Adha adalah komunikasi. Tujuan Idul Adha yang utamanya adalah bagaimana kita mengilhami peristiwa qurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim.
Disini dapat kita lihat bagaimana cara nabi Ibrahim berkomunikasi pada putranya tentang mimpinya yang berulang ulang. Komunikasi yang dibangun oleh nabi Ibrahim dan putranya terjalin sangat baik.
Sehingga ketika nabi Ibrahim menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada putranya. Nabi Ismail pun menyambut dengan ketaatan yang sama seperti Ayahnya. Andai Nabi Ibrahim tidak menunjukkan cara berkomunikasi yang benar tentu lah kita tidak melihat tujuan Idul Adha yang sesungguhnya.
5. Keikhlasan Seorang Anak
Ikhlasnya nabi Ismail untuk mendorong ayahnya melaksanakan perintah agama adalah bentuk lain dari tujuan Idul Adha yang bisa kita petik. Ikhlasnya Ismail untuk menjadi qurban semakin memantapkan ayahnya untuk menjalankan perintah Allah. Semoga Allah selalu merahmati keluarga Nabi Ibrahim alaihi salam
Inilah kisah keluarga Nabi Ibrahim dan keluarganya. Banyak pelajaran yang bisa kita petik. Banyak hikmah yang dapat kita ambil. Tentang kepatuhan dan ketaatan, keikhlasan dan cara berkomunikasi sebagai tujuan Idul Adha yang bisa kita peroleh. Semoga dapat kita ambil hikmahnya. Amin ya Rabbal alamin.
Ada lagi pelajaran yang bisa dipetik pada peristiwa qurbannya nabi Ibrahim atas putranya, Ismail? Boleh di tambahkan di kolom komentar ya. Semoga bermanfaat.
Salam,
Mom Queen
Referensi :
https://tafsirweb.com/4083-surat-ibrahim-ayat-37.html
https://tafsirweb.com/8222-surat-as-saffat-ayat-100.html
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Iduladha
Salam,
Mom Queen
Referensi :
https://tafsirweb.com/4083-surat-ibrahim-ayat-37.html
https://tafsirweb.com/8222-surat-as-saffat-ayat-100.html
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Iduladha
Membaca tulisan ini jadi teringat sebuah nasyid kalau gasalah dari Snada, Belajar dari Ibrahim, belajar takwa kepada Allah, belajar dari Ibrahim, belajar untuk mencintai Allah. Maluk pada Bapak para Anbiya, taat dan patuh pada Allah semata.
ReplyDeleteBanyak hal yang bisa dipelajari dari perjalanan Nabi Ibrahim ya, Mbak. Bagi suami, ayah, anak, istri, bahkan seorang ibu, yang itu semua erat kaitannya dengan tauhid.
Ternyata banyak pelajaran parenting yang bisa kita petik dari peristiwa awal mula Idul Adha ya. Semoga keluarga kita termasuk orang-orang yang ikhlas dan tawakal seperti keluarga Nabi Ibrahim as. Aamiin
ReplyDeleteSungguh, pelajaran yang amat berharga banyak sekali didapat dari keluarga Nabi ibrahim a.s. apalagi tentang sebuah kesabaran.
ReplyDeleteNabi pilihan yang layak jadi teladan. Pasti enggak mudah berada ditahap tawakal seperti nabi Ibrahim dan Ismail. Bisa banget ya hikmah ini disampaikan kepada si kecil untuk lebih bersyukur lagi menjalani peran. Pun PD orangtua.
ReplyDeleteMasyaAllah... Ternyata kisah yang terjadi ribuan tahun yang lalu, hikmahnya masih relevan hingga saat ini ya... Makasih mbak, sudah diingatkan
ReplyDeleteIdul Adha jadi moment penting buat mengajarkan ke anak2 ttg kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Buat pengingat orang tua jga dalam mendidik anak
ReplyDeleteBanyak ilmu yg bisa kita dapat dari peristiwa dan kisah dari Nabi Ibrahim as., untuk itulah kita jg bisa mengajarkannya ke anak" kita sejak dini ya.. Apalagi seperti waktu moment Idul Adha kmarin..
ReplyDeletemasya Allah ya bapak para nabi ini, kisahnya sampai diabadikan cukup panjang di al quran. banyak pelajaran dari kisah heroik nabi ibrahim beserta nabi ismail ini. aku juga sedang mengajrkan sedikit sedikit makna berkurban serta momen idul adha kepada anak anak
ReplyDelete