header

Hari Kusta Sedunia: Tolak Stigmanya, Bukan Orangnya!

Konten [Tampil]

Dalam rangka memperingati Hari Kusta Sedunia mari kita dukung gerakan Tolak Stigmanya, Bukan Orangnya! Masalah Kusta penyakit infeksi menular masih menjadi pe-er besar bagi pemerintah dan kita bersama.
  
Hari Kusta Sedunia: Tolak Stigmanya, Bukan Orangnya!

Tingginya stigma negatif terhadap pasien Kusta maupun orang yang pernah mengalami Kusta (OYPMK) adalah salah satu penyebab penyakit kusta itu sulit diberantas di Indonesia.

Saat ini angka penderita penyakit Kusta di Indonesia dalam 10 tahun terakhir cenderung stagnan, yaitu di angka 16.000-18.000 kasus. Angka ini membuat Indonesia menempati urutan ke 3 terbanyak dunia setelah India dan Brazil.

Meski menurut data di tahun 2020 Indonesia berhasil menekan laju pertumbuhan penyakit Kusta, Namun masih ada 6 provinsi yang belum berhasil menekan laju kasus Kusta di bawah 1 per 1000 kasus. Angka ini cukup baik bila melihat progress eliminasi penyakit Kusta itu sendiri.

Tetapi jika diteliti lebih jauh ke wilayah Kabupaten/Kota masih ada 98 kabupaten yang memiliki persentase penderita kusta yang tinggi.

Tingginya Stigma, Tantangan Memberantas Penyakit Kusta di Indonesia


Dalam rangka memperingati Hari Kusta Sedunia (HKS) yang diperingati pada pekan terakhir di bulan Januari, Hari ini, Rabu (26/01) Radio Berita KBR bekerja sama dengan NLR Indonesia kembali mengadakan talk show tentang penyakit kusta. Kali ini tema yang di angkat adalah "Tolak Stigmanya, Bukan Orangnya!"

Sebagai bagian dari komunitas 1 Minggu 1 Cerita, saya kembali diundang untuk mengikuti talkshow edukatif ini. Acara yang dapat diikuti lewat live streaming youtube dan radio berita KBR ini diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai komunitas blogger di Indonesia dan penyandang disabilitas dan OYPMK juga turut menyimak acara ini. 
  
Narasumber Ruang Publik KBR

Acara ini menghadirkan dua narasumber yaitu dokter Astri Ferdiana sebagai Technical Advisor NLR Indonesia, serta Bapak Al Qadri sebagai narasumber orang yang pernah mengalami Kusta atau OYPMK sekaligus aktivis dan wakil ketua Perhimpunan Mandiri Kusta Nasional.
"Sakitnya penyakit kusta itu tidak seberapa, tetapi yang paling menyakitkan adalah stigma yang saya dapatkan dari masyarakat!" Terang Al Qadri.

Beliau bercerita, kala itu disaat usia beliau 6 tahun beliau memiliki gejala seperti penyakit kusta. Setelah dilakukan pengecekan, beliau divonis menderita penyakit Kusta.

Saking tingginya stigma yang diterima oleh pak Qadri, begitu beliau biasa di sapa, sampai-sampai pak Qadri harus putus sekolah. Beliau tidak bisa melanjutkan sekolah karena penolakan yang dari masyarakat.

Bahkan, bukan itu saja, Al Qadri kecil juga dijauhi oleh teman-teman sebayanya karena sakit yang dideritanya. Orang tua teman-temannya melarang anak-anaknya bermain bersama Al Qadri. Saya jadi perih membayangkan derita yang dialami pak Qadri kecil.

Sudah harus menanggung sakit dan kelainan organ akibat kusta, beliau pun harus dijauhi oleh teman-teman sepermainannya.

Inilah wajah penderita Kusta tempo dulu, bagaimana dengan saat ini? Meski stigmanya tidak setinggi dulu, namun rasa, 'enggan' masyarakat bergaul dengan orang yang PMK masih tetap terasa.

Inilah tantangan penyelesaian masalah penyakit Kusta di Indonesia. Padahal, menurut dokter Astri Febrina sebagai perwakilan dari NLR Indonesia, faktanya penyakit kusta itu memang menular, namun sangat tidak menular!

Penyakit Kusta, Penyakit Menular Namun Sangat Tidak Menular


Meski penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae ini menular, namun sebenarnya penyakit kusta sangat tidak menular.

Dokter Astri Ferdiana yang bertindak sebagai Technical Advisor NLR Indonesia mengatakan,

"Memang penyakit Kusta itu adalah penyakit menular, namun sangat tidak menular! Penularan penyakit Kusta ini lama, membutuhkan waktu 2-5 tahun. Karena persentase penularannya sangat kecil. Apabila dianalogikan, diantara 100 orang yang terpapar virus Kusta, mungkin yang bisa tertular penyakit Kusta itu hanya 2 orang saja. Itu pun jika kondisi imunitas sedang turun atau gizi buruk"
Nah jadi sudah tahu kan bahwa penyakit Kusta itu tidak mudah menular. Jadi buat apa menjauhi pasien Kusta? Bergaullah secara bijak kepada mereka.

Meski begitu, sebagai masyarakat awam kita juga harus paham gejala awal penyakit kusta.

Waspada Gejala Awal Penyakit Kusta, Masyarakat Awam Wajib Paham!


Menurut dokter Astri Ferdiana sekaligus narasumber kedua pada pagi hari itu, kita patut mewaspadai gejala awal penyakit kusta.
  
Dokter Astri Ferdiana
Dokter Astri Ferdiana saat memberikan pemaparannya

Gejala awal penyakit Kusta yang harus kita waspadai jika melihat tanda-tanda berikut terdapat pada organ tubuh kita, antara lain :

  1. Adanya penampakan tanda seperti panu yang berwarna putih atau merah pada kulit.
  2. Jika di sentuh menggunakan benda seperti cotton bud atau sejenisnya tidak terasa, atau mati rasa.
  3. Tidak terasa gatal, tidak nyeri bahkan tanda ini tidak bersisik
  4. Terjadi penebalan kulit pada bagian yang berwarna putih atau merah ini.
  5. Terjadi kelainan anatomi pada organ tubuh.

Jika sudah terdapat tanda-tanda seperti yang disebutkan di atas, maka orang yang memiliki tanda seperti itu, sesegera mungkin pergi ke balai kesehatan atau Puskesmas terdekat untuk mendapatkan pengobatan.

Perlu diingat bahwa pengobatan penyakit Kusta ini gratis. Apabila melakukan pengobatan rutin, penyakit Kusta ini bisa disembuhkan.

Jangan 'Tolak' Penderita Kusta dari Pergaulan Masyarakat


Saya baru mendapatkan penekanan kembali dari dokter Astri, bahwa penyakit kusta ini sangat tidak menular. Dari probabilitas penularan penyakit ini, penderita kusta yang sudah berobat memiliki kemungkinan menularkan penyakit ini sangat kecil.

Untuk itu, jangan mengucilkan penderita kusta atau orang yang PMK (Pernah Mengalami Kusta) dari pergaulan di masyarakat. Kita tetap harus menjaga kesehatan mental mereka agar tidak mendapat double stigma, stigma penyakit dan stigma diskriminasi. 

"Jangan menghindari atau menjauhi penderita Kusta. Cara terbaik dalam memutus rantai penyebaran Kusta itu sendiri adalah dengan mendorong penderita Kusta untuk berobat agar konsisten minum obat, dan memberi dukungan sosial kepada penderita Kusta agar mau menghabiskan obat. Mereka membutuhkan persistensi dan motivasi diri untuk menghabiskan obatnya" pungkas dokter wanita ini.

Hal senada juga diungkapkan oleh narasumber kedua yaitu bapak Al Qadri sebagai OYPMK. Beliau yang mengalami kelainan anatomi atau disabilitas akibat penyakit Kusta ini mengatakan, bahwa Kusta itu tidak membahayakan, hanya perlu diwaspadai.
  
Al Qadri, OYPMK

Sebagai orang yang pernah mengalami kusta hingga mengalami kecacatan pada anatomi tubuh. Al Qadri mengatakan

"Peluang tertularnya penyakit Kusta itu sangat kecil, bisa dilihat persentase penularannya hanya sekitar 2% saja. Saya hidup bersama 3 orang adik dan nenek saya dalam satu rumah. Mereka hidup sehat dan tidak tertular penyakit ini. Penularan 2% itu terjadi jika memiliki kondisi imun yang rendah, jika memiliki imunitas yang baik maka tidak akan tertular Kusta." terang pak Qadri.

Bagaimana Mencegah Kusta Pada Anak?


Dalam talk show yang dipandu oleh Ines Nirmala ini, kami juga diberi kesempatan untuk bertanya kepada kedua narasumber seputar penyakit Kusta ini.

Ada satu pertanyaan dari salah seorang peserta yang menanyakan bagaimana cara pencegahan penyakit Kusta pada anak? Apakah sudah ada vaksin Kusta untuk anak-anak?

Mendengar pertanyaan ini, saya yang memiliki 3 anak berusia di bawah 5 tahun langsung memasang telinga dalam-dalam. Karena pertanyaan ini sangat penting bagi saya. Tentu juga bagi para Mama juga kan?

Dokter Astri Ferdiana mengatakan apabila dalam satu keluarga ada yang terkena penyakit kusta, poin utama yang harus dilakukan adalah penderita harus melakukan pengobatan sesegera mungkin.

Bagaimana dengan anggota keluarga yang lain? Nah ini poin penting lainnya,

"Sekarang ini Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan obat pencegahan penyakit Kusta. Obat ini hanya diminum 1 kali saja. Terdapat dosis untuk orang dewasa, usia 15 tahun dan anak-anak. Obat ini diminum jika memiliki kontak erat dengan penderita Kusta."

Jadi seperti yang dikatakan oleh bapak Al Qadri tadi, sangat wajar apabila beliau tinggal dengan 3 saudara dan neneknya namun mereka tidak tertular. Karena sudah ada obat pencegahan penyakit Kusta ini.

Penutup


Memang saat ini pemerintah dibantu NLR Indonesia berupaya menekan laju pertumbuhan penyakit kusta hingga ke titik zero penularan, zero pertambahan dan zero disabilitas.

Untuk itu sangat dibutuhkan dukungan dan peran serta masyarakat untuk mensukseskan program ini hingga Indonesia bebas Kusta. Mari kita doakan bersama agar langkah Pemerintah beserta NLR Indonesia dalam memberantas penyakit Kusta ini mendapat dukungan serta bisa mencapai target.

Sesuai dengan tema Hari Kusta Sedunia yang mengangkat tema "Mari bersama hapus stigma dan diskriminasi Kusta", sudah saatnya kita menegakkan pemahaman penyakit Kusta "Tolak Stigmanya, Bukan Orangnya!"

Penderita Kusta bukan untuk dihindari, tapi mereka butuh motivasi dan dukungan sosial dari lingkungan. Semoga bermanfaat!

Salam,
Mom Queen
Phai Yunita S Wijaya
Hi Im Yunniew, ibu dengan 3 orang anak yang memiliki hobby menulis dan literasi. Marriage and parenting enthusiast, Womanpreneur dan Consultant franchise Laundry and minimarket, ibu pembelajar, dan tukang review produk temen :)

Related Posts

9 comments

  1. Miris. Penderita kusta yang harusnya bisa diobati sejak dini terpaksa harus bungkam karena perilaku diskriminasi sosial yang terasa lebih menyakitkan dari kusta itu sendiri.

    ReplyDelete
  2. sedih juga ya masih cukup banyak penderita kusta yang belum tertangani dan teredukasi dengan baik. belum lagi stigmanya yang melekat 😶 semoga aja edukasinya semakin merata

    ReplyDelete
  3. Iya sih, harus lebih open minded dan menyukapi.y dengan sebijak mungkin

    ReplyDelete
  4. Kadang sedih melihat penderita kusta yang didiskreditkan. Padahal bukan kemauan mereka untuk dapat penyakit ini. Semoga mereka bisa mendapatkan perlakuan baik sesegera mungkin. 🥲

    ReplyDelete
  5. Memang seharusnya penolakan atau stigma negatif terhadap penderita kusta harus dihilangkan sih. Perlu edukasi terus-menerus kepada masyarakat

    ReplyDelete
  6. Nah iya, dulu malah dibilangnya kusta itu penyakit kutukan. Sebenernya yang lebih menyakitkan bagi penyintas adalah stigma. Semoga pemerintah juga lebih berupaya memeratakan edukasi sebagai bentuk dukungan bagi penderita kusta.

    ReplyDelete
  7. semoga stigma yang ada selama ini dapat dihilangkan dan seharusnya kita lebih memahami orang lain.

    ReplyDelete
  8. Hal yang paling penting untuk melawan stigma ini adalah meninggikan literasi masyarakat, dengan terus sosialisasi antar sesama.

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju banget kak, masyarakat perlu diberikan edukasi yang mumpuni tentang penyakit ini.

      Delete

Post a Comment