Masih tingginya angka penularan virus SARS-COVID19 masih menjadi momok yang sangat menakutkan bagi sebagian orang. Angka peningkatan kasus harian menunjukkan kurva yang semakin tinggi. Jika di awal-awal penularan kasus Covid-19 masih berada di kisaran angka 4000an kasus per hari, menutup tahun 2020 angka kasus terindikasi positif Covid-19 di Indonesia mulai menginjak di angka 6000-an kasus per hari. Bahkan saat ini di awal tahun 2021, 5 Januari ini angka kasus positif harian tembus di angka 7000-an kasus positif. Jumlah akumulasi kasus positif di Indonesia hingga tulisan ini dibuat per tanggal 5 Januari 2021 tercatatat total 779.548 kasus, dengan angka pasien sembuh sebanyak 6.645 kasus, pasien meninggal sebanyak 198 sehingga total akumulasi pasien meninggal menjadi 23.109 kasus.
Meski angka kesembuhan per hari terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan, namun kurva penularan penyakit ini belum menunjukkan tanda-tanda akan melandai.
Tingginya angka kasus penularan Covid-19 di Indonesia mungkin saja dipengaruhi banyak faktor. Meski sudah banyak sekali tagline dan media massa yang meramaikan #pesanIbu dan menerapkan prinsip #3M, namun belum bisa mengerem laju perkembangan virus yang berasal dari Tiongkok ini. Jika sudah begini Akankah hidup normal kembali bisa dirasakan oleh masyarakat dunia, khususnya di Indonesia ? Tidak ada yang tahu, kapan hal itu bisa terjadi. Meski sudah banyak penelitian akan penemuan vaksin virus ini, namun belum bisa menjamin kehidupan kembali normal.
Ada secercah harapan akan kehidupan yang normal saat pemerintah Indonesia, melalui keputusan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, akhirnya memutuskan pemberian vaksin massal secara gratis. Pemberian vaksin ini rencananya akan diberikan mulai pertengahan bulan Januari ini kepada masyarakat umum. Namun, meski nantinya proses vaksinasi sudah berjalan dan semua orang sudah di berikan antibodi virus Covid-19, tetap saja harus menjalankan konsep 3M bahkan 5M.
Jika selama ini kita hanya menerapkan konsep 3M saja, karena kondisi virus yang terus bermutasi, maka konsep 3M pun berubah menjadi konsep 5M yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari pergerakan atau mobilitas, serta menjauhi kerumunan.
Bagaimana dengan kondisi di tempat kami tinggal? Kasus perkembangan Covid-19 di Kepulauan Riau, khususnya Batam juga masih menunjukkan angka penularan yang semakin tinggi setiap harinya. Dilansir dari laman website lawancorona.batam.go.id , angka penularan kasus positif Covid-19 pertanggal 5 Januari 2021 di Batam bertambah 16 kasus. Jadi total akumulasi terkonfirmasi positif hingga 5 Januari 2021 menjadi 5.091 kasus, akumulasi angka pasien meninggal 134 kasus dan pasien sembuh bertambah 8 menjadi 4.495 kasus. Penambahan kasus masih di atas 10 kasus setiap harinya, dan tersebar di semua wilayah di Batam.
Hamil di saat pandemi
Mulailah aku membuka aplikasi kehamilan dan rajin mengecek perkembangan kehamilan melalui aplikasi kehamilan yang ku donlot. Untuk nutrisi sendiri aku lebih memilih mengkonsumsi susu hamil dan makan makanan dengan gizi seimbang. Selama hampir 2 bulan hanya mengecek kondisi kehamilan lewat aplikasi, akhirnya aku memberanikan diri mengecek ke klinik langganan. Untuk melakukan pengecekan kondisi kehamilan dengan ultra sonografi (USG).
Pendaftaran pasien melalui telepon
Saat itu bulan September 2020, usia kandunganku memasuki usia 12 minggu, aku menelepon ke klinik langganan dekat rumah untuk melakukan registrasi dan mendapatkan nomor antrian. Biasanya untuk melakukan pendaftaran bisa langsung di hari yang sama saat mau melakukan pengecekan. Ternyata saat pandemi begini harus melakukan pendaftaran via telepon dan dilakukan satu hari sebelumnya. Kami mendapat nomor antrian pertama. Alhamdulillah jadi aku berpikir tidak terlalu lama menunggu disana.
Jumlah pendamping dibatasi, tidak boleh membawa anak-anak
Jadwal pengecekan dengan dokter kandungan saat itu jam 13.00 WIB. Kami sekeluarga segera ke klinik yang hanya ditempuh dalam waktu kurang dari 10 menit. Semua anak-anak dibawa karena memang tidak ada yang menjaga dirumah. Sebenarnya sedikit khawatir namun tidak ada pilihan. Disana hampir ada 10-15 orang ibu hamil yang sedang menunggu giliran juga. Setelah menunggu hampir sekitar 30 menit diruang tunggu, akhirnya namaku dipanggil juga.
Biasanya kalau pengecekan USG suamiku paling semangat untuk melihat dan berkonsultasi dengan dokter. Namun karena jumlah pendamping hanya boleh satu orang dan tidak boleh membawa anak-anak maka suamiku memilih untuk tidak ikut masuk. Jadi hanya aku sendiri yang masuk ke ruang pemeriksaan.
Dokter dan perawat dengan APD lengkap
Aku sedikit kaget dengan kondisi didalam ruang pemeriksaan, ketika kulihat dokter dan perawat yang bertugas memakai APD lengkap. Wah seperti memasuki ruangan ICU pokoknya. Tempat konsultasi pun dibatasi dengan kaca pembatas yang memisahkan antara dokter dan pasien. Aku di persilahkan segera berbaring di tempat tidur dan dokter mulai melakukan pemeriksaan dengan alat USG.
Tidak banyak yang bisa kutanyakan karena sepertinya dokternya sangat terburu-buru dalam menjawab pertanyaanku. Disamping itu, aku pun tidak mendengar begitu jelas saran dokter kandungan, karena disamping suaranya pelan ditambah lagi memakai masker dan pembatas kaca. Jadi aku banyak mengulang lagi perkataan dokter tersebut. Sekitar 15 menit aku di dalam ruang pemeriksaan dan keluar membawa hasil print USG dan resep obat dari dokter.
Ruang tunggu yang berjarak
Di tempat pengambilan obat biasanya aku melihat pasien yang menumpuk untuk mengantri obat. Namun saat itu aku hanya melihat beberapa orang yang duduk di kursi yang disediakan, dengan aturan jarak yang sudah diatur dengan tanda silang. Di depan loket pengambilan obat pun, ada garis merah di lantai yang membatasi antara pasien dan apoteker saat memberikan obat. Sekitar 10 menit setelah pemberian resep, aku dipanggil dan melakukan pembayaran di kasir. Cukup cepat dari pelayanan biasanya, semua perawat dan karyawan di klinik tempat ku mengecek menggunakan APD standar dan menerapkan protokol kesehatan.
Tetap rutin melakukan pengecekan minimal sebulan sekali
Meski pandemi masih berlangsung, namun bagi ibu hamil tetap disarankan untuk melakukan pengecekan rutin ke bidan atau dokter kandungan. Aku sempat menanyakan ke dokter saat melakukan pengecekan rutin, mengenai keamanan pengecekan ibu hamil sebaiknya berapa kali. Apakah ada pengurangan jadwal dikarenakan pandemi atau tetap seperti biasa. Dokter menyarankan agar tetap rutin melakukan pengecekan sebulan sekali. Agar jika ada indikasi penyakit tertentu segera bisa segera terdeteksi. Sebagai tambahan perawatan sendiri aku rutin melakukan treatmen alami selama kehamilan agar persalinan lancar.
Rapid test sebagai syarat melahirkan
Saat melakukan pengecekan rutin bulanan di klinik, tak lupa aku menanyakan untuk prosedur melahirkan nanti saat pandemi begini. Walaupun aku melahirkan masih dibulan Februari 2021, dan menurut informasi pemberian vaksin sudah bisa diterima beberapa kalangan masyarakat. Namun rapid test tetap menjadi persyaratan awal apabila ingin melahirkan. Sebagai informasi, masa berlaku hasil rapid test berkisar antara 10 - 14 hari, artinya aku harus mempertimbangkan antara hari perkiraan lahir (HPL) dengan jadwal rapid test. Jangan sampai salah perhitungan, jangan sampai terlalu cepat ataupun terlalu lambat. Rapid test bisa dilakukan di klinik atau pun puskesmas terdekat.
Karena waktu kelahiran sudah hampir tiba saatnya aku mulai mempersiapkan perlengkapan Ibu dan Bayi untuk menyambut kehadiran anggota baru.
Semoga kita semua sehat-sehat selalu ya, tetap patuhi protocok kesehatan dengan menerapkan 3M maupun 5M. Salam sehat dan ingat #pesanIbu
Salam,
Mom QueenMQ
#odopicc #30hbcicc #indonesiancontentcreator #odopiccday6 #mamincasharing #maminca_ceritakehamilan3 #maminca_resolusi #kehamilanketiga #BabyNumber3
Post a Comment
Post a Comment