Pernah mendengar celetukan begini :
"dimasa kalian sudah enak, ibu sudah tidak lagi sebawel dulu"
atau begini
"kok zaman adik-adik kok ibu jarang ngomel lagi ya? Dulu zaman kami tiada hari tanpa dengar ibu ngomel"
Sering ga sih mendapat kalimat begini dari kakak-kakak mu? ayo ngaku hehe. Yang jadi anak ke 2,3,4 dan seterusnya tentu sering ya mendapat kalimat begini😁
Aku termasuk salah satunya, sebagai anak ke 5 dari 7 bersaudara. Memang ibuku terkesan "memanjakan Kami" , anak-anaknya setelah anak pertama. Yang kutahu memang ibuku lebih "kalem" terhadap Aku dan adik-adik.Itu mungkin ini yang dirasakan kakak-kakakku sehingga mungkin saja memunculkan sifat kurang adil diantara adik beradik. Adik-adik di anggap lebih manja dan kurang mandiri. Padahal tidak juga, tetap hal yang fundamental seperti pendidikan aqidah, personal skill dan kemampuan sosial termasuk sifat-sifat kemandirian sangat ditanamkan dengan tegas pada Kami. Meski pola pengasuhan saja yang sudah lebih wise dan persuasif.
Mengapa? dulu Aku tidak paham ya mengapa seperti itu. Namun sekarang, setelah mempunyai dua anak. Aku mulai mengerti. Semua dikarenakan (menurut ku ya) anak pertama kelak dipersiapkan untuk menjadi role model dan trend senter bagi adik-adik nantinya.Maka untuk menjadikan sebuah role model yang teladan, diperlukan usaha dan tekad yang kuat untuk itu.
Namun untuk menumbuhkan nilai-nilai teladan ini didalam diri anak pertama, tak jarang biasanya ibu terlihat menjadi ibu yang "kejam" dan tidak sayang anak. Padahal seorang ibu sangat tahu bagaimana memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Tidak ada ibu yang tega melihat anaknya tersiksa. Yakinlah didalam hati kecilnya pun turut "berperang" kala harus tegas dan mendisiplinkan buah hatinya.
Jadi saat melihat situasi begini stop judging, simpan pendapat mu, sebab hanya menambah rasa bersalah didalam hati sang ibu. Cara terbaik yang mungkin bisa dilakukan jika melihat kondisi ini adalah menenangkan si anak. Namun menenangkan anak bukan berarti malah memberikan yang dilarang ibu ya😅
Ada beberapa tantangan dalam menjadikan kebiasaan baik menjadi sebuah habits pada anak pertama, beberapa hal sering tidak terduga seperti :
1. Perbedaan pandangan diantara pasangan
2. Pengaruh lingkungan di circle sekunder yang kuat (orangtua, mertua, saudara, perilaku sepupu dan sebagainya)
3. Tidak kuatnya tekad antara orangtua, sehingga saat point 1 dan 2 menyerbu, langsung goyah
4. Kurang mengupgrade diri dengan ilmu pengasuhan yang terus berkembang
5. Kurang support dari pasangan
6. Terlalu lelah dengan urusan remeh temeh rumah tangga, sehingga ketika anak mulai rewel apalagi tantrum saat mulai pemberlakuan pola pengasuhan langsung menyerah dan memberikan yang diminta sang anak.
Padahal dibalik itu ada usaha keras dari sang ibu bagi anak pertama. Misalnya ibu berusaha maksimal untuk :
1. menyajikan (sebisa mungkin) makanan home made, alami dan bebas pengawet
2. No MSG, standard garam dan gula yang rendah, makanya biasanya tidak buru-buru memberikan ciki,kerupuk, jajan gorengan, coklat, permen dan sejenisnya saat balita
3. Menghindarkan penggunaan gadget bagi anak-anak
4. Meminimalisir screen time seperti pembatasan menonton tv, laptop dan semisal
5. No jajan-jajan
Bukan masalah punya uang atau tidak, namun nilai dibalik itu semua adalah hidup hemat dan cermat nantinya
6 Rajin membacakan buku cerita, demi anak-anak yang cinta Buku.
Ada lagi yang mau menambahkan?
Nah kira-kira itulah yang menjadikan alasan mengapa anak pertama sikap ibu lebih "garang" Dan tegas. Semua demi menjadikan lahirnya pribadi yang lebih "kuat" dan mandiri secara mental agar bisa menjadi contoh bagi adik-adiknya.
Semoga anak pertama paham ya, alih-alih mengeluh justru bangga bahwa orangtuanya telah membentukmu menjadi sedemikian hebat hingga bisa menjadi panutan teladan bagi sang adik. Semangat ya anak pertama. Orangtua mu menitipkan harapan serta doa yang panjang untuk hidupmu. Karena kamu lah buah dari doa-doa panjang yang dipintakan pada Rabbul izzati di heningnya malam.
Salam Sayang,
Dari Ibu yang sedang mempola anak pertama
Salam kenal mba,.
ReplyDeleteSalam kenal jg mb
DeleteSebagai orangtua kita harus bisa memahami anak ya. Semoga anak-anak bisa menjadi yang bahag8a.
ReplyDeleteAamiinn
DeleteSetuju Mba, terkadang menurut saya, kebanyakan anak pertama seperti harus melewati masa-masa uji coba pengasuhan dari orang tua ya. Karena orang tua pun sama-sama baru belajar dan menyesuaikan diri. Begitu anak kedua atau ketiga, biasanya orang tua cenderung lebih relax dalam membersamai.
ReplyDeleteBetul sekali mba
DeleteTerima kasih ilmu ny mba...
ReplyDeleteMasih harus banyak2 belajar niih.
Sama2 belajar ya kita
DeleteBaru ngeh, bener juga ya. Anak pertama jadi role model untuk adik-adiknya. Jadi inget kirana dan rumaysaa mba.
ReplyDeleteHihi semangaat kita mendidik anak ya mb
DeleteBener ni mba. Karena orang tua kan pengen anak pertamanya jadi yang paling baik, paling segalanya. Setelah belajar dari anak pertama biasanya untuk anak kedua dan selanjutnya orang tua lebih santai, ga terlalu ngoyo
ReplyDeleteYa betul mb.. Anak kedua aku lebih selow, GA saklak kayak anak pertama haha
DeleteYa betul. Seakan menjadi anak pertama itu harus selalu perfect. Dan biasanya pola asuh ibu akan sama atau mirip dengan ibunya dulu. PR nya masih banyak ini.Terus belajar jadi orang tua terutama ibu yang baik. Makasih sharingnya ya.
ReplyDeleteIya ummu masih banyak belajar juga, termasuk dari Ummu.. Love
Delete